Bacaini.ID, KEDIRI – Sekjen PDIP Hasto membuat press release yang heboh setelah upacara 17 Agustus di Sekolah PDIP di Lenteng Agung dengan memutar rekaman suara Presiden Jokowi yang isinya, “Jangan main-main, yang gigit saya sendiri. Lewat cara saya, bisa lewat KPK, bisa. Bisa lewat Polri, bisa lewat Kejaksaan akan saya bisikin aja, di sana ada yang main-main. Ya masa saya mau ngintip sendiri, kan ndak mungkin”
Tanpa memberikan keterangan dalam konteks apa rekaman itu dan kapan, Hasto seolah-olah bersikap bahwa rekaman ini sumber informasi tertutup. Ternyata setelah Bacaini.ID melakukan penelusuran, rekaman tersebut bersumber dari acara Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Tahun 2019 silam di SICC, Sentul, Kabupaten Bogor pada 13 November 2019.
Pidato pembukaan Rakornas oleh Presiden Jokowi tersebut sifatnya terbuka, tidak tertutup. Seperti Bacaini.ID dapatkan dari dokumentasi Sekretariat Presiden yang diupload di Youtube :
pada menit ke 5:30 terdengar ucapan Jokowi persis yang diputar ulang oleh Hasto, Sekjen PDIP.
Menurut pengamat komunikasi politik dan dosen ilmu politik IISIP Jakarta, Musthofa Makhdor, M.Soc.Sc apa yang dilakukan oleh Hasto, Sekjen PDIP memperlihatkan cara-cara kuno untuk mempermainkan opini publik dan justru memperlihatkan kurang cakapnya PDIP memainkan isu dalam situasi menjadi oposisi sendiri, karena ditinggal partai-partai lain yang ingin merapat ke pemerintahan baru nanti. “Jelas bahwa rekaman itu adalah rekaman pidato terbuka, disiarkan ke media massa, dan sifatnya terbuka buat wartawan. Tapi seolah-olah Hasto seperti memiliki rekaman suara Jokowi dari hasil penyadapan atau rekaman dari rapat tertutup. Dan konteks yang dibicarakan adalah hal yang berbeda dengan kondisi saat ini”, ujar Musthofa Makhdor.
“Pidato itu konteksnya jika ada aparat penegak hukum yang masih menggunakan cara-cara menakut-nakutin birokrat, pihak yang berinovasi untuk pembangunan, maka Presiden Jokowi sendiri yang akan bertindak dan “mengigit” dengan menggunakan KPK, Kapolri dan Jaksa Agung. Bukan dalam konteks yang ingin Hasto persepsikan kepada publik, yaitu menggunakan Aparat Penegak Hukum (APH) untuk menkriminalisasi atau untuk kepentingan politik”, kata Musthofa kepada Bacaini.ID melalui saluran telepon.
Hasto mencoba memainkan isu dan opini publik bahwa isi rekaman tersebut adalah bukti Presiden Jokowi melakukan upaya intimidasi, tetapi dengan fakta bahwa rekaman tersebut untuk konteks yang berbeda, disampaikan secara terbuka maka cara-cara Hasto berusaha mengadu domba atau membuat isu pemanfaatan APH untuk kepentingan politik. “Kurang cakap, tidak paham konteks dan cara yang kurang elegan yang dilakukan Hasto ini”, kata Musthofa.
Hingga saat ini memang Hasto sedang sibuk karena diperiksa KPK, dua hari yang lalu Kamis (15/8/2024), Hasto diperiksa oleh penyidik KPK dalam kaitanya kasus dugaan korupsi jalur kereta api di Ditjen Perkeretaapian (DJKA) selain kasus lama terkait penyuapan Pergantian Antar Waktu (PAW) Caleg PDIP Harun Masiku kepada Komisioner KPU Wahyu Setiawan.
Penelusuran jejak digital Bacaini.ID terkait Hasto di internet menemukan beberapa hal yang sering Hasto lakukan untuk meraih simpati publik meskipun tidak mendapat respon signifikan, diantaranya pernah menangis dalam press release dengan media pada 6 Januari 2018 karena keputusan mundur cagub Jatim Abdullah Azwar Anas, kader PDIP karena foto skandal paha perempuan yang bukan istri Azwar Anas dan botol wine didalam kendaraan dengan posisi paha didekap.
Tangisan kedua Hasto pada 11 November 2023 saat menyampaikan bahwa satu persatu keluarga Jokowi meninggalkan PDIP saat menjalani wawancara dalam podcast Akbar Faizal. Kebiasaan Hasto menangis ini sampai sempat disentil oleh Relawan Jokowi sekaligus tim TKN Prabowo-Gibran, Silfester Matutina menyebut Hasto tukang drama dan fitnah Hasto yang menyebutkan Presiden Jokowi menginginkan menjadi presiden tiga periode yang sempat ramai dibahas di media saat itu.
Menurut dosen Ilmu Komunikasi Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Dr. Manik Sunuantari menanggapi pertanyaan dari Bacaini.ID terkait dengan press release yang dilakukan Hasto, Sekjen PDIP kepada media. Manik berpendapat, kemungkinan saat Pak Hasto menerima potongan rekaman suara Jokowi, beliau berpikir itu hasil penyadapan atau informasi intelijen yang bisa dijadikan isu politik. Namun beliau lupa untuk minimal melakukan “check and balance” sebagai seorang Sekjen sekaligus sebagai Public Relations (PR) PDIP.
“Ya minimal browsing Google dulu,untuk mencari jejak digital dengan kata kunci dalam rekaman tersebut. Padahal faktanya rekaman itu informasi terbuka yang dapat diakses siapa saja, bukan informasi intelijen. Hal ini membuktikan pentingnya pemahaman terkait “literasi digital”. Di era digital, browsing Google dapat dilakukan sebagai langkah awal sebelum menyampaikan suatu informasi kepada khalayak”, ujar Manik.
Penulis : Danny Wibisono
Editor : Hari Tri Wasono