Bacaini.id, KEDIRI – Seorang anggota Satpol PP Kota Kediri melelang sepeda motor klasiknya untuk membeli beras. Beras itu bukan dipakai sendiri, tetapi disumbangkan untuk masyarakat miskin.
Bak kisah Robin Hood atau Maling Gentiri, anggota Satpol PP bernama Nur Khamid ini bergerak sendiri untuk membantu masyarakat. Tak tega melihat banyaknya warga yang kesulitan ekonomi, Nur Khamid melelang sepeda motornya untuk membantu mereka.
“Motor ini saya jual untuk membeli beras. Bukan untuk saya sendiri, tetapi dibagikan kepada masyarakat yang susah mencari makan,” kata Nur Khamid kepada Bacaini.id, Selasa 19 Agustus 2021.
Sepeda motor yang dijual pun bukan sembarangan. Nur Khamid menjual motor antik yang menjadi koleksi kesayangannya, yakni sepeda motor Punch yang populer di era Perang Dunia II. Jenis Punch yang dimiliki Nur Khamid diproduksi tahun 1955 dengan kapasitas silinder 175 cc. Dia mendapatkan motor itu pada tahun 2015 dari seseorang di Kampung Ingris.
Sebagai kolektor motor klasik yang tergabung dalam Joyoboyo Motor Antik Club (JMAC), Nur Khamid sangat sayang pada motornya. Namun dia juga merasa tak tega dengan banyaknya masyarakat yang susah mencari makan saat ini.
Karenanya Nur Khamid memutuskan menjual satu dari tiga sepeda motor klasik miliknya dengan harga pembukaan Rp 35 juta. Dia menjualnya dengan sistem lelang dan berharap harga tertinggi untuk bisa membantu masyarakat.
“Ini masih dalam proses penawaran setelah saya posting di media sosial. Hasilnya akan saya belikan beras semuanya,” kata Nur Khamid.
Menurutnya harga kendaraannya masih relatif mahal di segmen kolektor motor klasik. Dia memastikan kendaraan asli buatan Austria itu masih bagus dan siap pakai. Harganya diperkirakan bisa mencapai Rp 40 – 50 juta untuk kolektor.
Motor Touring
Nur Khamid memiliki kenangan yang cukup kuat dengan motor itu. Sejak menjadi penghuni garasinya tahun 2015 silam, motor itu sudah berkali-kali menemaninya touring ke beberapa daerah.
Bahkan kendaraan klasik itu masih kuat digunakan untuk perjalanan jauh. Walaupun tidak dipungkiri kerap beberapa kali mogok. “Perjalanan terjauh motor itu sampai ke Yogyakarta,” kata Nur Khamid.
Dia menerangkan, memiliki kendaraan antik dan klasik memang berbeda dengan kendaraan baru. Pemiliknya tak bisa abai dalam melakukan perawatan. Peralatannya juga tidak mudah ditemukan di toko atau bengkel pada umumnya.
Hal-hal seperti itulah yang membuat harga sepeda motor klasik lebih mahal. “Yang pasti biayanya lebih mahal, bengkelnya pun khusus,” katanya.
Dia berharap pembeli motornya kelak benar-benar perhatian dan menyukai motor klasik. Proses lelang dan pembayarannya akan dilakukan di depan penyalur bantua, sehingga dirinya sama sekali tak memegang uang penjualannya.
Penulis: Novira Kharisma
Editor: HTW
tonton video:





