Bacaini.id, KEDIRI – Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana menjadi perhatian ribuan warga di sepanjang jalan. Sambil menunggang cikar atau pedati, Hanindhito menyusuri jalan diikuti rombongan cikar.
Bajingan dalam terminologi transportasi adalah pengendali atau pengemudi cikar. Istilah ini sudah muncul sejak nenek moyang dan terus dipakai sampai sekarang.
Siang tadi, bertepatan dengan Hari Jadi Kabupaten Kediri ke-1218, bupati muda yang akrap disapa Mas Dhito itu tampil sebagai pengemudi cikar. Bersama 20 pengemudi cikar lainnya, Mas Dhito menggelar parade cikar yang menarik perhatian ribuan masyarakat.
Cikar atau pedati merupakan moda transportasi yang ditarik oleh sapi. Pada zaman dulu, cikar menjadi andalan masyarakat, utamanya petani untuk membawa hasil bumi ke pasar. Untuk mempertahankan tradisi tersebut, Mas Dhito menggelar parade cikar yang mulai punah tergusur kendaraan modern.
Tanpa risih atau jijik berada di belakang sapi, Mas Dhito menghela dua ekor sapi berukuran besar dengan tali. Dia juga menyapa masyarakat yang berkerumun di sepanjang jalan yang menjadi etape parade cikar.
“Sekarang ini cikar rodanya sudah dimodifikasi. Zaman dulu cikar rodanya besar berlapis besi dan mampu membawa beban berat baik hasil bumi maupun orang, jadi kuat sekali,” kata Mas Dhito sebelum memberangkatkan parade cikar di kawasan Totok Kerot, Jumat, 25 Maret 2022.
Mas Dhito berharap dengan adanya parade cikar ini dapat melestarikan moda transportasi tersebut agar diketahui anak muda sekarang.
Kegiatan yang baru pertama kali diselenggarakan ini menarik minat ribuan penonton, salah satunya Sunarno yang datang bersama anak dan istrinya. Warga Desa Ngasem ini mengaku senang dengan digelarnya parade cikar. “Senang sekali, makanya saya ajak anak istri juga. Lebih bagus lagi kalau bisa menjadi agenda rutin tahunan,” usulnya.
Penyelenggaraan parade cikar ini menggandeng paguyuban cikar Kediri bernama Bajingan Community. Pradika Ipung Hariyanto, koordinator Bajingan Community mengatakan ada dua jenis sapi yang ikut dalam parade cikar ini.
“Khusus sapi cikar jenis brahman dan PO sebanyak 40 ekor untuk 20 set cikar. Sapi jenis ini adalah jenis sapi pekerja yang kuat dan tahan panas,” ujar Pradika. Dua jenis sapi ini tergolong jinak, dan disebut sebagai sahabat petani.
Pradika juga menjelaskan jika nama bajingan adalah sebutan bagi pengendara atau pengendali sapi cikar. Menurutnya, bajingan merupakan kepanjangan dari Bagusing Jiwo Angen-angening Pangeran yang sudah sejak dulu ada.
“Jadi Bajingan ini bukan bermakna jelek, nama ini sudah ada sejak dulu dan peninggalan nenek moyang,” tegasnya.
Penulis: Novira Kharisma
Editor: HTW
Tonton video: