Bacaini.ID, KEDIRI— Tagar #PersatuanUntukMaju kembali menggema di tengah semarak perayaan kemerdekaan dan geliat politik pasca-pemilu. Berawal dari slogan kampanye pasangan Prabowo-Gibran dalam Pemilu 2024, kini tagar tersebut mulai menjelma menjadi simbol harapan kolektif dan ajakan kolaboratif lintas sektor.
Tagar ini pertama kali mencuat dalam Pesta Rakyat Untuk Indonesia Maju di Stadion GBK, Februari 2024. Ribuan pendukung berkumpul, menyanyikan lagu bertema persatuan dan menyerukan semangat kebersamaan.
Namun, di luar panggung politik, narasi ini mulai diadopsi oleh komunitas sipil, ASN, dan pelaku usaha lokal sebagai bentuk komitmen terhadap pembangunan inklusif.
Platform TikTok dan Instagram menempatkan tagar #PersatuanUntukMaju dalam berbagai konteks, dari video edukasi ASN, kampanye lingkungan, hingga promosi UMKM. BacainiKopi, misalnya, mengangkat tema ini dalam teaser video “Ngopi Bareng, Satukan Langkah” yang mengajak anak muda berdiskusi tentang masa depan Indonesia.
Demikian pula komunitas urban seperti Gerakan Kota Hijau dan Forum Literasi Muda mulai mengintegrasikan tagar ini dalam program kolaboratif mereka, seperti penanaman pohon, diskusi kebijakan publik, dan pelatihan jurnalistik warga.
Apakah Tagar Ini Bisa Bertahan?
Meski potensinya besar, sejumlah pengamat komunikasi menilai bahwa keberlanjutan tagar ini bergantung pada konsistensi aktor-aktor publik dalam menerjemahkan semangat persatuan ke dalam kebijakan dan tindakan nyata.
“Jika hanya berhenti di baliho dan panggung kampanye, maka #PersatuanUntukMaju akan menjadi slogan kosong. Tapi jika dihidupi oleh komunitas, ia bisa menjadi gerakan sosial yang transformatif,” kata Danny Wibisono, mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia yang meneliti hubungan media dan pemerintahan.
Tagar ini bukan sekadar simbol politik, melainkan peluang untuk membangun narasi kebangsaan yang inklusif dan partisipatif. Di tengah polarisasi dan tantangan global, semangat persatuan bisa menjadi energi baru untuk merumuskan masa depan Indonesia yang lebih adil dan berkelanjutan.
Penulis: Hari Tri Wasono