Bacaini.ID, TULUNGAGUNG – Fakta mengejutkan tentang kasus stunting terungkap di Kabupaten Tulungagung. Bukan melanda keluarga bawah, kasus stunting justru terjadi pada anak keluarga mampu.
Kepala Bidang Keluarga Berencana, Ketahanan, Kesejahteraan Keluarga (KBK3) Tulungagung, Drs. Ahmadi, M.M. mengatakan jumlah anak penderita stunting lebih besar dari kalangan berada.
“Di Kabupaten Tulungagung, prosentase antara keluarga mampu dengan tidak, justru banyak anak dari keluarga mampu yang terkena stunting,” katanya dikutip dari laman rsud.tulungagung.go.id.
Mengapa ini bisa terjadi?
Ahmadi menjelaskan, pola asuh yang kurang pas sering memicu kurangnya pemenuhan gizi anak. Diduga ini terjadi akibat kesibukan orang tua yang kurang memperhatikan pola makan anak.
“Tak boleh dianggap remeh, stunting dapat mengakibatkan anak tumbuh tidak sesuai teman sebayanya. Akibat lain yang dapat terjadi ialah kecerdasan otak menurun dan kekebalan tubuh yang rentan terkena penyakit,” tambah Ahmadi.
Ahli Gizi RSUD dr. Iskak, Sri Hartatik, S.Tr.Gz mengatakan banyaknya kafe dan makanan siap saji yang dinikmati remaja turut menyumbang kasus ini. Menu-menu café yang cenderung tidak seimbang menjadi ancaman kesehatan mereka.
“Seperti makanan dan minuman yang terlalu manis dengan kalori dan karbohidrat tinggi. Jika pola konsumsi seperti ini terus dilakukan, dapat menurun ke pola asuh anak di masa depan,” ungkapnya.
Sri Hartatik menambahkan, stunting dapat dicegah sejak anak dalam kandungan. Demikian pula ketika anak lahir, hal yang harus dilakukan adalah memberikan ASI eksklusif minimal 0-6 bulan secara rutin.
Pemberian makanan tambahan bagi anak harus dilakukan sejak usia 6 bulan dan tidak boleh telat. “Pemenuhan gizi seimbang dapat diberikan orang tua, terdiri dari nasi, lauk, sayur, buah dan susu. Makanan mengandung zat gizi yang diperlukan, seperti karbohidrat yang cukup, protein nabati dan hewani,” jelas Sri.
Penulis: Hari Tri Wasono