KEDIRI – Keragaman kosakata tentang polisi makin bertambah. Selain polisi tidur dan patung polisi yang viral dalam humor Gus Dur, kini ada istilah baru, polisi wayang.
Berbeda dengan polisi tidur dan patung polisi yang bisa dijumpai di mana saja, polisi wayang hanya ada di Polres Kediri. Wujudnya juga bukan dari semen, tetapi manusia sungguhan. Pangkatnya lumayan tinggi, Ajun Komisaris Polisi. Dia adalah AKP Bowo Wicaksono, Kapolsek Puncu Polres Kediri.
Di masyarakat Kabupaten Kediri, khususnya anak-anak, AKP Bowo Wicaksono lebih populer disebut polisi wayang. Bukan karena tampilannya yang menyerupai tokoh wayang, tetapi kebiasannya memainkan wayang dari kertas karton membuat anggota polisi ini lekat dengan anak-anak. “Saya memang suka wayang sejak kecil,” kata Bowo kepada Bacaini, Jumat 24 Juli 2020.
Memanfaatkan limbah kertas karton yang dijumpai di sekitar rumah, Bowo membuat pola dan mengguntingnya membentuk sosok wayang. Alih-alih menciptakan tokoh Semar, Janoko, maupun Buto Cakil, Bowo justru menciptakan tokoh baru di luar pakem, yakni anak sekolah dan polisi.
Kertas karton yang digerakkan dengan tali dan penjepit kayu itu adalah wayang anak sekolah dan anggota polisi, lengkap dengan atributnya. Kepiawaian Bowo dalam memainkan wayang mampu menarik perhatian anak-anak untuk menikmati pentas kecilnya.
Cerita yang dimainkan juga sederhana dan mudah difahami anak-anak. Biasanya Bowo mengambil tema seperti cara menyeberang jalan, mengendarai sepeda yang aman, pendidikan lalu lintas, hingga pesan moral untuk patuh pada orang tua dan agama.
Perwira polisi ini juga tak pilih-pilih panggung. Di manapun ada kerumunan anak-anak, Bowo siap membuka kotak wayangnya dan melakukan pertunjukan. Dedikasinya ini bahkan melebihi seniman profesional yang kadang masih terjebak pada kompensasi dan imbalan.
Kepada Bacaini, Bowo berkeinginan untuk bisa memberi bantuan krayon dan buku kepada anak-anak yang bermukim di lereng Gunung Kelud. Di wilayah kerjanya di Desa Puncu, jaringan internet menjadi barang yang langka. Karena itu anak-anak di sana nyaris tak bisa menikmati akses internet untuk mempelajari banyak hal.
“Setiap hari mereka diantar orang tuanya ke desa yang ada jaringan WiFi demi mendapatkan pelajaran sekolah melalui daring,” kata Bowo.
Saat ini Bowo tengah mengupayakan penyediaan jaringan internet di Desa Puncu untuk membantu kegiatan belajar anak-anak. Selama ini pendidikan mereka masih bergantung pada sekolah tanpa sumber literasi yang lain. (HTW)
Comments 1