Sistem pembelajaran daring yang diterapkan pemerintah menyulitkan anak-anak di lereng Gunung Kelud Kabupaten Kediri.
KEDIRI – Sejak kegiatan belajar di sekolah berhenti, anak-anak yang bermukim di lereng Gunung Kelud kelimpungan. Keputusan pemerintah yang mengganti sistem belajar melalui daring tak serta merta bisa dilakukan.
Hal ini memaksa para orang tua untuk mengantarkan anaknya mencari jaringan internet. Jika tidak, mereka akan ketinggalan materi pelajaran. “Setiap hari saya melihat anak-anak usia sekolah dibonceng orang tuanya turun dari lereng gunung ke desa untuk mencari internet,” kata AKP Bowo Wicaksono, Kapolsek Puncu, Kepolisian Resor Kediri kepada Bacaini, Selasa 29 Juli 2020.
baca juga Selain Polisi Tidur dan Patung Polisi Ada Juga Polisi Wayang
Tak tega dengan keadaan ini, Bowo berinisiatif menyediakan fasilitas wifi gratis untuk mereka. Karena keterbatasan sarana, wifi gratis itu dipasang di Kantor Polsek Puncu yang berada di lereng Gunung Kelud. Dia berharap para orang tua tak perlu jauh mengantarkan anak mereka ke desa untuk sekedar mencari wifi.
Untuk menambah fasilitas belajar, Bowo menyediakan laptop dan printer yang bisa dipergunakan untuk mencetak bahan ajar. Dengan peralatan tersebut, anak-anak bisa mengunduh dan mencetak materi yang diberikan gurunya untuk dipelajari di rumah.
Alhasil suasana kantor polisi yang biasanya lengang berubah menjadi ramai. Setiap pagi anak-anak berkumpul di sana untuk berselancar di dunia maya. Seluruh area Polsek Puncu menjadi ruang belajar mereka. Bahkan tak jarang anak-anak ini memilih mobil polisi yang diparkir di samping Polsek sebagai tempat belajar.
Jika tak sedang ada urusan, Bowo mendampingi anak-anak ini mengoperasikan laptop. Sebab selain kendala jaringan internet, sebagian dari mereka tak memiliki gadget atau laptop untuk belajar. “Setiap hari mereka belajar di sini dan tetap mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker,” kata Bowo.
Keberadaan sarana wifi dan laptop di Mapolsek Puncu ini disambut gembira anak-anak dan orang tua. Kini mereka tak lagi harus menempuh perjalanan jauh demi pendidikan anak-anaknya.
Kecintaan Bowo kepada anak-anak bukan hal baru. Sebelumnya dia juga dikenal dengan julukan ‘polisi wayang’ karena hobinya mengajak anak-anak bermain wayang. Memanfaatkan kertas karton bekas yang disulap menjadi wayang, Bowo menciptakan karakter anak dan polisi untuk dikemas menjadi cerita anak-anak.
Berbagai pesan moral dia sampaikan melalui wayang. Mulai hormat pada orang tua, rajin belajar, cita-cita, hingga pengetahuan dasar tentang lalu-lintas. (HTW)