Bacaini.id, KEDIRI – Runtuhnya industri gula nasional tak serta merta menjungkirbalikkan tebu. Tak perlu bersalin rupa, komoditas ini sukses menghidupi masyarakat yang berjualan es tebu.
Keberadaan lapak es tebu ini banyak dijumpai di pinggir jalan di Pulau Jawa. Es tebu menjadi minuman favorit karena cita rasanya yang manis dan menyegarkan. “Dulu anak-anak suka mencuri batang tebu untuk dihisap airnya. Kini tak perlu susah-susah lagi karena sudah kami sediakan,” kata Umi Sholihatin, pedagang es tebu di Desa Gurah, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri.
Sudah 10 tahun Umi Sholihatin berjualan es tebu di depan rumahnya. Perempuan berusia 44 tahun ini tergiur berjualan es tebu setelah melihat banyaknya pedagang es tebu di pinggir jalan. Menurutnya, ini adalah bisnis yang baik dan bisa dijangkau tanpa modal besar.
“Meracik es tebu tidak susah sama sekali. Ada mesin pemeras tebu yang menghasilkan air dengan maksimal. Ukurannya kecil dan mudah dipindahkan,” kata Umi kepada Bacaini.id akhir pekan lalu.
Mesin penggiling tebu itu didapat dari Blitar dengan harga cukup murah Rp 1,5 juta. Mesin itu digerakkan dengan premium dan terbilang hemat.
Modal lain yang dikeluarkan Umi adalah pembelian tebu. Satu kuintal tebu dibanderol Rp 100 ribu oleh pengepul. Jumlah tersebut cukup untuk membuat ratusan gelas es tebu yang dijual Rp 2.000 per cup.
Proses pembuatan es tebu cukup sederhana. Setelah batang tebu dibersihkan, kulitnya dikupas menggunakan alat khusus. Setelah terkupas, batang tebu kembali dicuci sebelum digiling untuk menghasilkan air tebu yang bersih.
Umi menyeduh air tebunya dengan es batu. Jika menginginkan porsi lebih, dia menyediakan ukuran botol dengan harga Rp 5.000. Dalam sehari kedai es tebu miliknya rata-rata bisa menjual 50 cup. Namun jika sedang sepi hanya terjual 10 cup saja.
“Faktor cuaca sangat mempengaruhi penjualan es tebu. Minuman ini sangat pas diminum saat terik dan panas,” kata Umi.
Penulis: Qurotul Ain
Editor: HTW
Tonton video: