Salah satu benda yang paling banyak tersimpan di ruang dapur rumah tangga adalah tas kresek. Bukan tas kresek baru, tetapi kantong kresek bekas yang dilipat dan disimpan rapi di lemari atau gantungan.
Tak ada yang tahu mulai kapan ibu-ibu kita gemar mengkoleksi tas kresek bekas. Namun ketika dibutuhkan akan selalu ada dalam jumlah dan ukuran apapun.
Bacaini.id mewawancara beberapa ibu rumah tangga yang gemar menyimpan tas kresek bekas. Rata-rata mereka memiliki alasan sama saat menyimpan tas kresek dan menjadikannya benda berharga yang tak boleh dibuang.
baca ini Sandal Jepit Lebih Diincar Maling Dibanding Sepatu
“Kita tidak pernah tahu kapan membutuhkan tas kresek. Kalau masih bagus kenapa dibuang, kan sayang,” kata Zahnia, ibu rumah tangga usia 41 tahun.
Faktanya, Zahnia memang sering membutuhkan tas kresek. Menurutnya tak ada wadah yang paling fleksibel selain tas kresek. Segala benda bisa masuk ke dalamnya asalkan muat.
Meski murah, Zahnia juga enggan membeli kantong kresek baru. Dia justru menyimpan kresek bekas yang didapat dari warung belanja atau toko untuk dipergunakan lagi. Menurutnya kebiasaan itu ia lakukan melihat ibunya dulu saat menyimpan tas kresek bekas.
Pengakuan yang sama disampaikan Asmiati, 73 tahun, ibu rumah tangga yang lebih tua dari Zahnia. Pensiunan guru ini mengaku menyimpan tas kresek bekas di rumahnya sejak dulu. Dia mengaku sayang membuangnya meski setiap hari selalu mendapat tas kresek baru saat berbelanja. “Kalau dapat baru ya disimpan lagi, sampai menumpuk banyak,” katanya.
Namun baik Zahnia maupun Asmiati tak menyimpan seluruh tas kresek bekas yang didapat. Mereka menyortir dan memilah tas kresek yang bagus untuk dipergunakan kembali.
Asmiati memiliki tips khusus untuk membuat tas kresek yang disimpan awet dan masih bagus saat dipakai kembali. “Jangan diremas, tetapi dilipat dengan baik. Menghindari kusut dan robek,” katanya.
Sejarah Tas Kresek
Kantong plastik atau tas kresek sudah populer pada pertengahan abad ke-19. Ditemukan pertama kali oleh Alexander Parkes, ahli kimia asal Inggris yang lahir di Birmingham pada 29 Desember 1813.
Pada 1862, Parkes memamerkan benda bernama parkesine, cikal bakal plastik yang dibuat dari bahan selulosa, pada Great International Exhibition di London. Penemuan ini terus berkembang sehingga kantong kresek banyak dikenal di Amerika Serikat pada 1966.
Pada tahun 1977 tas belanja plastik mulai diperkenalkan industri supermarket sebagai alternatif wadah kertas. Di Indonesia kantong plastik dibagi dua macam, yakni HDPE (High Density Polyethylene) dan LDPE (Low Density Polyethylene).
Tas plastik HDPE lebih tahan panas dengan ketebalan 0,015 – 0,150 mm. Plastik jenis ini banyak sekali digunakan pada kantong minyak dan kantong plastik yang biasa digunakan untuk mengemas makanan berkuah.
Sedangkan LDPE berbahan fleksibel dengan kekuatan remas. Masyarakat Indonesia mengenalnya sebagai tas kresek. (HTW)