Bacaini.ID, KEDIRI – Penetapan tanggal 13 Oktober sebagai Hari Kegagalan Internasional terjadi pertama kali di Finlandia pada tahun 2010. Peringatan ini digagas oleh sejumlah mahasiswa dari Universitas Aalto untuk mengubah cara pandang masyarakat terhadap kegagalan.
Sejumlah sumber menyebut para mahasiswa tersebut merasa prihatin terhadap budaya perfeksionisme dan ketakutan akan kegagalan yang muncul di lingkungan akademik dan profesional.
Dengan mengusung semangat “berani gagal untuk berani tumbuh,” Hari Kegagalan Internasional kini menjadi momentum reflektif di berbagai negara. Di media sosial, tagar seperti #CelebrateFailure dan #InternationalDayForFailure ramai digunakan untuk membagikan kisah-kisah kegagalan yang inspiratif.
“Tujuan utama hari ini bukan untuk merayakan kegagalan itu sendiri, melainkan untuk menormalkan proses jatuh-bangun dalam perjalanan hidup dan karier,” ujar salah satu penyelenggara kampanye di Helsinki.
Peringatan ini juga menjadi ruang edukatif bagi pelaku startup, pendidik, seniman, dan komunitas kreatif untuk berbagi pengalaman gagal sebagai bagian dari proses inovasi. Di Indonesia, sejumlah komunitas wirausaha dan kreator konten mulai mengadopsi semangat ini dalam bentuk diskusi publik, vlog tematik, dan kampanye motivasi.
Hari Kegagalan Internasional mengingatkan bahwa kegagalan bukanlah akhir, melainkan awal dari pembelajaran yang lebih dalam. Dalam dunia yang kerap menuntut kesempurnaan, peringatan ini menjadi pengingat bahwa keberanian untuk gagal adalah langkah pertama menuju keberhasilan yang autentik.
Penulis: Hari Tri Wasono