Bacaini.ID, MALANG – Bentrokan terbesar jelang Pemilu 1955 antara PKI dan Partai Masyumi berlangsung di alun-alun Malang Jawa Timur.
Ribut-ribut politik itu menjalar ke tingkat massa akar rumput. Keributan dipantik kampanye propaganda Ketua PKI DN Aidit pada 28 April 1954.
Aidit mengatakan iman Islam Masyumi tidak lebih baik. Memilih Masyumi yang berlogo bulan bintang sama dengan mendoakan seluruh dunia masuk neraka.
Rakyat akan selamat jika mencoblos gambar Palu Arit (PKI). “Masuk Masyumi itu haram sedangkan masuk PKI itu halal,” kata Aidit seperti dikutip dari Abadi edisi 17 Mei 1954.
Sejumlah pemuda Masyumi sontak marah. Diteriakinya Aidit dengan nada keras. Mereka mengingatkan peristiwa Affair Madiun 1948.
“Dusta, tidak benar, ingat Madiun,” teriak para pemuda Masyumi.
Tidak berhenti di situ. Para pemuda Masyumi merangsek maju mengepung podium tempat Aidit berpidato. Aidit dipaksa mencabut kata-katanya.
Aidit pun mengoreksi kata-katanya. Ketua PKI itu juga meminta maaf. “Saya hanya ingin mengatakan bahwa PKI tidak anti agama,” kata Aidit.
Namun massa terlanjur marah. Pertemuan akbar di alun-alun Malang itu ricuh. Massa Masyumi merampas semua atribut kampanye PKI.
Koran Abadi menulis, sejumlah kader Masyumi di bawah pimpinan Ketua Masyumi Cabang Surabaya Hasan Aidid berusaha melindungi DN Aidit dari amukan massa.
Namun Harian Rakyat, koran corong PKI pada edisi 31 Maret 1954 menurunkan laporan yang berbeda. Harian Rakyat menyangkal Abadi.
Peristiwa kericuhan yang terjadi di Malang merupakan ancaman pembunuhan terhadap DN Aidit. Saksinya rakyat Malang.
Yang dilakukan Ketua Masyumi Cabang Surabaya Hasan Aidid, kata Harian Rakyat sama sekali bukan untuk melindungi jiwa DN Aidit.
Dikutip dari buku Partai Masjumi: Antara Godaan Demokrasi dan Islam Integral, bentrokan antara Masyumi dan PKI di Malang adalah yang terbesar sepanjang tahun 1954.
Pada Pemilu 1955, perolehan suara PKI di Jawa Timur menempati posisi ketiga di bawah NU (pertama) dan PNI (kedua). Sementara Masyumi berada di posisi keempat.
Penulis: Solichan Arif