Bacaini.ID, KEDIRI – Potensi budidaya ikan lele yang cukup besar di Kabupaten Kediri dimanfaatkan secara maksimal oleh para pembudidaya untuk menambah keuntungan. Melalui inovasi bulenia (budidaya lele dan daphni) air limbah kolam lele dapat diolah menjadi daphnia yang dapat dijual untuk pakan ikan hias.
Bulenia atau budidaya lele dan daphnia menjadi inovasi baru para pembudidaya ikan lele di Desa Mojosari, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri. Melalui tangan dan pemikiran kreatif, air limbah kolam lele tidak dibuang, melainkan ditampung pada kolam khusus selama beberapa hari. Hal ini untuk menghasilkan daphnia atau yang lebih dikenal dengan kutu air.
Andi Imam Arifin, pembudidaya bulenia di Kabupaten Kediri mengatakan, dalam sehari bisa menghasilkan daphnia hingga 30 gelas berukuran 220 mililiter. Satu gelas daphina dijual dengan harga Rp.10 ribu.
“Kalau dihitung per bulan bisa menghasilkan sekitar sembilan juta,” ucap Andi Imam.

Inovasi baru ini mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah. Melalui Dinas Perikanan, para peternak dapat menerapkan pola yang baik. Saat ini inovasi budidaya daphnia dengan metode yang mereka pakai telah menjadi pilot project untuk wilayah Kabupaten Kediri.
“Metode ini akan diterapkan di wilayah Kabupaten Kediri yang menjadi penghasil ikan hias, sehingga nanti para pembudidaya ikan hias tidak perlu membeli daphnia keluar daerah,” jelas Nur Hafid, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Kediri.
Kabupaten Kediri merupakan salan satu sentra penghasil ikan hias di Jawa Timur dengan beragam populasi, seperti glow fish, koi, dan juga cupang. Sehingga inovasi bulenia diharapkan bisa terus berkembang.
Selain memudahkan petani ikan hias untuk mendapatkan pakan, juga bisa menambah penghasilan bagi peternak lele, karena peternak lele di Kabupaten Kediri juga tergolong besar.
Penulis: AK Jatmiko
Editor: Hari Tri Wasono