• Login
  • Register
Bacaini.id
Thursday, June 5, 2025
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
Bacaini.id

Cerita Mbah Wiro Bangun Candi Waji Mojokerto

ditulis oleh Editor
24/02/2023
Durasi baca: 3 menit
577 44
0
Cerita Mbah Wiro Bangun Candi Waji Mojokerto

Penampakan Candi Waji Mojokerto yang dibangun oleh Mbah Wiro. Foto: Bacaini/Fio

Bacaini.id, MOJOKERTO – Jika pada umumnya candi merupakan sisa peninggalan masa lalu, candi di Mojokerto ini riil buatan manusia, Candi Waji namanya. Candi buatan ini sengaja dibangun untuk mempererat persatuan antar umat beragama.

Candi Waji yang berdiri di Dusun Sumbertempur, Desa Sumbergirang, Kecamatan Puri, Mojokerto ini dibangun oleh Ki Wiro Kadek Wongso Jumeno. Pria yang akrab disapa Mbah Wiro ini ingin menunjukkan bahwa tidak semua candi memiliki akar sejarah.

Bangunan serupa Pura ini lebih berfungsi sebagai landmark atau tugu peringatan yang terbuka bagi siapapun. Mbah Wiro bahkan tidak peduli jika tempat ini digunakan orang untuk bermeditasi atau hanya sekedar melepas penat sambil menyeruput kopi.

Candi Waji yang berdiri sekitar delapan meter di atas tanah ini bercorak Hindu-Buddha. Di area candi sebelah barat terdapat musala yang hingga saat ini sering digunakan warga dan juga pengunjung untuk menunaikan salat.

“Candi ini jadi tetenger, bukan rumah ibadah. Banyak orang yang masih bingung dengan itu.  Selama tidak ada yang membuat heboh, semua orang boleh melakukan apapun yang mereka mau,” kata Mbah Wiro kepada Bacaini.id, Jumat, 24 Februari 2023.

Mbah Wiro menjelaskan, nama Waji merupakan kependekan dari ‘Wayahe Dadi Siji’ dalam bahasa jawa, dengan kata lain berarti momen menyatukan. Nilai kemanunggalan merupakan salah satu item yang diperuntukkan bagi desa setempat.

“Wayahe dadi siji punya makna yang dalam. Selama ini kami selalu dibeda-bedakan, karena agama misalnya. Saya ingin memberi wadah bagi bersatunya pemeluk agama di sini,” ujarnya.

Candi Waji sering menjadi tempat Mbah Wiro menyampaikan ceramah yang menekankan kerukunan dan kesatuan. Gagasan kebersamaan, menurut Mbah Wiro merupakan semangat pluralisme yang diturunkan dari para pendahulu, khususnya di Mojokerto.

Menurutnya, perpecahan sangat mungkin terjadi dengan adanya kepentingan-kepentingan pribadi, termasuk kepentingan berkedok agama. Hal itu menjadi kekhawatiran Mbah Wiro, terlebih jika perpecahan terjadi di lingkup kecil, seperti di lingkungan desa misalnya.

“Karena punya kepentingan yang berbeda jadi tidak akur. Mbok ingatlah nasihat nenek moyang kita, dan hiduplah dengan damai. Apapun konteksnya, harmoni adalah yang paling penting,” pesan Mbah Wiro.

Secara tulus, pria asli Mojokerto ini menginginkan gagasan persatuan dalam ‘Wayae Dadi Siji’ sebagai manifestasi dari ajaran Pancasila. Selama pembangunan Candi Waji, konsep Pancasila yang dijunjung Mbah Wiro mendapat dukungan dari banyak pihak.

Warga sekitar desa juga menyambutnya dengan antusias. Mereka menilai keberadaan Candi Waji yang baru selesai dibangun pada tahun 2016 itu dapat meningkatkan toleransi antar umat beragama.

“Tidak lepas dari pengamalan Pancasila, khususnya Sila pertama dan ketiga. Semangat ini perlu dilestarikan, warga antar umat beragama di sini harus bisa hidup berdampingan tanpa membeda-bedakan satu sama lain,” tandasnya.

Penulis: Fio
Editor: Novira

Print Friendly, PDF & EmailCetak ini
Tags: Candi Waji MojokertoMbah Wiro
Advertisement Banner

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Pengusutan Korupsi Pokir DPRD Provinsi Jatim Kembali Menggelinding, Siapa yang Berikutnya Terjaring?  

Kasus Korupsi Blitar: Jaksa Periksa Adik Tokoh Ponpes Tulungagung

Pedagang Kambing di Kediri Diketahui Jual Hewan Sakit

Pedagang Kambing di Kediri Diketahui Jual Hewan Sakit

Fenomena Ubur-ubur Telur Ceplok: Apakah Aman Dimakan?

Fenomena Ubur-ubur Telur Ceplok: Apakah Aman Dimakan?

  • Kepemilikan tanah dengan Letter C, Petuk D, dan Girik mulai tahun 2026 tidak berlaku. Mulai urus sekarang juga !

    15306 shares
    Share 6122 Tweet 3827
  • Djarum Grup Akuisisi Bakmi GM, Pendapatannya Bikin Melongo

    16576 shares
    Share 6630 Tweet 4144
  • Pamer Hummer Listrik 4,5 M, “Rahasia” Ketenaran Gus Iqdam Dibongkar Netizen

    10856 shares
    Share 4342 Tweet 2714
  • Tokoh Kunci TP2ID Usai Jaksa Tangkap Kakak eks Bupati Blitar

    664 shares
    Share 266 Tweet 166
  • Jaksa Tangkap Kakak eks Bupati Blitar Terkait Kasus Korupsi

    659 shares
    Share 264 Tweet 165

 

Bacaini.id adalah media siber yang menyajikan literasi digital bagi masyarakat tentang politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pertahanan keamanan, hiburan, iptek dan religiusitas sebagai sandaran vertikal dan horizontal masyarakat nusantara madani.

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Redaksi
  • Privacy Policy

© 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.

No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL

© 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist