• Login
  • Register
Bacaini.id
Saturday, October 25, 2025
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
Bacaini.id

Cerita Kho Ping Hoo, Penulis Cersil yang Lebih Njawani

Keluarga besarnya lebih mendekatkan diri kepada budaya Jawa ketimbang tradisi Tionghoa

ditulis oleh Editor
25/10/2025
Durasi baca: 4 menit
523 5
0
Cersil KhoPing Hoo

Cerita Kho Ping Hoo, penulis cersil legendaris (foto/IG)

Bacaini.ID, KEDIRI – Remaja 90-an ke bawah tentu tahu Kho Ping Hoo. Terutama yang menggemari cerita silat. Mereka tentu akrab dengan Bu Kek Siansu, Pedang Ular Merah (1960).

Tenggelam dalam imajinasi kisah Darah Mengalir di Borobudur (1960), Iblis Mengamuk di Mataram (1961), Si Naga Merah (1962) dan ratusan judul lainnya.

Melahap jilid demi jilid dengan tabah. Menikmati adegan adu jotos, sabetan pedang, tangkisan toya dan tebasan golok para pendekar.

Asmarawan Sukowati Kho Ping Hoo bukan sekedar penulis. Ia memahami ilmu bela diri yang diperoleh dari ayahnya. Sang ayah seorang pendekar silat aliran Siau Liem Sie.

Ilmunya diwariskan kepada putranya. Kho Ping Hoo pernah diminta menjerang air di atas arang. Katanya, gemblengan untuk memperkuat kuda-kuda.

“Saya baru boleh berhenti setelah airnya mendidih, “tutur Kho Ping Hoo dalam buku Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1983-1984.

Baca Juga:

  • Profil Soeharto: Lahir, Jadi Presiden dan Jemput Gelar Pahlawan
  • Raden Oerip Soemohardjo, Arsitek Sunyi Tentara Republik
  • Akhir Agustus Soeharto Baru Tahu Indonesia telah Merdeka

Melalui buku-buku ayahnya, Kho Ping Hoo banyak menimba pengetahuan ilmu gaib, ilmu hipnotis dan telepati. Ia berminat kuat membongkar rahasianya.

“Ayahnya seorang tengkulak gula yang memiliki 15 anak. Lebih banyak menghabiskan waktu dengan bertapa. Mereka hidup di garis kemiskinan,” demikian dikutip dari buku Dari Penjaja Tekstil sampai Superwoman.

Kho Ping Hoo lahir di Sragen Jawa Tengah pada 17 Agustus 1926. Keluarga besarnya peranakan Tionghoa Jawa. Itu yang membuat dirinya fasih bertutur bahasa Jawa.

Menulis aksara Jawa dikuasainya dengan baik. Keluarga besarnya lebih mendekatkan diri kepada budaya Jawa ketimbang tradisi Tionghoa.

Ia paham kisah-kisah di dalam wayang purwa. Termasuk laku kebatinan Jawa. Juga menjadi penganut aliran Subud.

Kho Ping Hoo bersekolah di sekolah Kristen (HIS Zending School). Ia belajar bahasa Belanda dan Melayu. Kemiskinan yang membuatnya tidak mendapat ijazah.

Juga saat bersekolah di tingkat menengah pertama. Pada umur 14 tahun, Kho Ping Hoo memutuskan drop out (DO).

Ia memilih berkelana. Menjelajahi kota-kota. Kho Ping Hoo praktis hanya bersekolah sampai kelas satu MULO (setingkat SMP).

Kho Ping Hoo mampir di Surabaya. Di Kota industri itu ia bertahan hidup dengan berdagang obat. Menjajakan obat door to door.

Kho Ping Hoo juga sempat menjadi pelayan toko dan kuli pabrik. Menjadi buruh di pabrik rokok kretek di Kudus.

Pada tahun 1950, Kho Ping Hoo hijrah ke Tasikmalaya Jawa Barat (1950-1960). Dia bekerja di sebuah perusahaan angkutan, dengan truk sebagai kendaraan angkutnya.

Kho Ping Hoo cepat beradaptasi. Dengan cepat menguasai bahasa Sunda dan Hakka yang dipakai komunitas Tionghoa totok. Mandarin dan Inggris juga dikuasainya dengan baik.

Ia sempat memilih menjadi warga negara Tiongkok pada saat pemerintah Indonesia menandatangani perjanjian dwi kewarganegaraan (1955).

Status sebagai WNI baru diperoleh padatahun 1970-an. Di Tasikmalaya Kho Ping Hoo mulai menulis. Ia menjadi koresponden harian Keng Po dan membantu Pikiran Rakyat Bandung.

Di sela itu ia juga mengirim tulisan untuk majalah Teratai yang terbit tahun 1960-an di Bandung. Majalah Teratai memiliki kolom untuk cerita silat.

“Diluar dugaan, cerita saya digemari, “tutur Kho Ping Hoo di sebuah wawancara tahun 80an. Cersilnya juga muncul di beberapa majalah populer.

Peristiwa kerusuhan di Sukabumi dan Bandung pada tahun 1963 Kho Ping Hoo memilih meninggalkan Tasikmalaya.

Ia memutuskan pindah ke Solo Jawa Tengah dan menetap di sana. Kho Ping Hoo bertahan hidup dari menulis cersil. Cersilnya banyak muncul berseri dari majalah dan surat kabar.

Di sela itu ia merintis ulang usaha percetakan. Usahanya berkembang. Apa saja ia cetak. Bukan hanya sampul buku, tapi juga menerima cetak tiket parkir dan label jamu.

Kho Ping Hoo juga membuka usaha penerbitan yang melayani karya anak muda yang belum terkenal. Pada urusan manajemen, penyuntingan dan distribusi ia dibantu anak dan menantunya.

Dengan demikian ia tetap bisa berkonsentrasi menulis. Tempat favoritnya menulis di kawasan pegunungan Tawangmangu, lereng Gunung Lawu.

Dalam seminggu ia sanggup menuntaskan satu buku. Dari hasil karya cersilnya Kho Ping Hoo bisa melancong ke mana-mana: Amerika, Eropa, Tiongkok dan Hongkong.

Di Hongkong ia bertatap muka dengan artis film Mandarin Shan Kuan Lin Feng. Ia juga kerap hadir saat Lim Swie King bertanding di luar negeri. Hadir untuk memberi dukungan.

Kho Ping Hoo memiliki 13 anak dari pernikahannya dengan Roos Hwa alias Rosita. Angan-angannya bisa menulis hingga akhir hayat.

Dari tulisan ia bisa memberi hiburan dan pengetahuan soal kebudayaan, sejarah dan moral. “Whatever you do in your life, do it with love in your heart,” begitu katanya.

Kho Ping Hoo tutup usia pada 22 Juli 1994, di umur 68 setelah mendapat serangan jantung. Jenazah Kho Ping Hoo dikremasi dan abunya ditebar di pantai selatan.

“Ribuan penggemarnya datang melayat dan mengantar jasadnya (Kho Ping Hoo),”tulis Myra Sidharta dalam buku Dari Penjaja Tekstil sampai Superwoman.

Penulis: Solichan Arif

Print Friendly, PDF & EmailCetak ini
Sumber: Cerita Kho Ping Hoo, Penulis Cersil yang Lebih Njawani
Via: kho ping hoo
Tags: bacaini.idcersil kho ping hookho ping hoo
Advertisement Banner

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Cersil KhoPing Hoo

Cerita Kho Ping Hoo, Penulis Cersil yang Lebih Njawani

Penyanyi raisa introvert

Tip Menghadapi Pasangan Introvert Seperti Raisa

Seminar Pesantren Ramah Anak, Mbak Wali Ingin Santri Dapat Belajar Tenang, Aman, dan Percaya Diri

Seminar Pesantren Ramah Anak, Mbak Wali Ingin Santri Dapat Belajar Tenang, Aman, dan Percaya Diri

  • Kepemilikan tanah dengan Letter C, Petuk D, dan Girik mulai tahun 2026 tidak berlaku. Mulai urus sekarang juga !

    15604 shares
    Share 6242 Tweet 3901
  • Djarum Grup Akuisisi Bakmi GM, Pendapatannya Bikin Melongo

    16623 shares
    Share 6649 Tweet 4156
  • Isu Gratifikasi Membayangi Puncak Hari Jadi Blitar

    2930 shares
    Share 1172 Tweet 733
  • Pamer Hummer Listrik 4,5 M, “Rahasia” Ketenaran Gus Iqdam Dibongkar Netizen

    10883 shares
    Share 4353 Tweet 2721
  • Bupati Blitar Melindungi Oknum DPRD Pelanggar Etik?

    555 shares
    Share 222 Tweet 139

Bacaini.id adalah media siber yang menyajikan literasi digital bagi masyarakat tentang politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pertahanan keamanan, hiburan, iptek dan religiusitas sebagai sandaran vertikal dan horizontal masyarakat nusantara madani.

© 2020 - 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Redaksi
  • Privacy Policy
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL

© 2020 - 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist