Bacaini.id, KEDIRI – Viralnya berita polwan di Mojokerto Jawa Timur yang tega membakar hidup-hidup suaminya yang juga berprofesi sebagai polisi, tentu membuat begidik kita semua ya Readers.
Pada awalnya sebagian netizen bereaksi negatif kepada pelaku. Tindakan sang polwan dianggap biadab dan jauh dari citranya sebagai seorang aparat penegak hukum.
Namun pada perkembangannya, netizen dibuat lebih miris ketika pihak kepolisian mengungkap motif terjadinya tragedi pembakaran.
Kasus KDRT ini ternyata dipicu oleh kekesalan pelaku pada suaminya yang kecanduan judi online hingga berakibat terkurasnya gaji korban untuk berjudi.
Alih-alih menafkahi anak dan istrinya, korban diduga lebih gemar mengadu peruntungan dengan berjudi online.
Pasutri itu diketahui memiliki tiga anak yang masih berusia balita. Anak pertama berusia dua tahun dan anak kedua terlahir kembar yang masih berumur empat bulan.
Mengetahui alasan dibalik terjadinya peristiwa memilukan itu, pada akhirnya banyak simpati mengalir pada pelaku yang merupakan ibu yang belum lama melahirkan.
Dari fakta inilah, banyak yang menghubungkan peristiwa tragis tersebut dengan kondisi kejiwaan pelaku. Seorang perempuan dengan tiga anak balita dan suami yang kurang bertanggung jawab.
Banyak yang menduga, pelaku mengalami baby blues, masalah kejiwaan pasca melahirkan. Tapi benarkah demikian Readers?.

Apa itu Baby Blues
Baby blues merupakan perubahan emosi (mood swing) yang umumnya menyebabkan sang ibu menangis terus-menerus, cemas, hingga sulit tidur selama beberapa hari hingga 2 minggu setelah bayi lahir.
Kondisi itu sering kali juga membuat sang ibu merasa cemas berlebihan pada kesehatan bayi. Padahal bayinya berada dalam kondisi baik-baik saja.
Menurut laman Pregnancy, Birth and Baby, sindrom baby blues bisa muncul dalam kurun waktu 3–10 hari setelah ibu melahirkan.
Yang perlu Readers pahami, baby blues terjadi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Maksimal 2 minggu pasca melahirkan.
Apabila gejala depresi ini muncul lebih dari waktu tersebut, maka yang terjadi bukan lagi baby blues, melainkan Postpartum depression.

Postpartum Depression
Ini adalah syndrom lanjutan dari baby blues. Suatu kondisi depresi yang semakin parah yang dialami ibu pasca melahirkan.
Postpartum depression terjadi akibat dari ketidakseimbangan zat kimia pada otak dan itu dialami oleh 10 persen ibu yang usai melahirkan.
Postpartum depression membuat penderita merasa putus harapan, merasa tidak menjadi ibu yang baik, hingga enggan mengurus anak.
Postpartum depression tidak disebabkan oleh satu faktor penyebab saja. Kondisi itu biasanya disebabkan oleh kombinasi faktor fisik dan emosional.
Usai melahirkan, kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh seorang ibu akan turun drastis. Hal itu membuat perubahan kimia pada otak dan memicu terjadinya perubahan suasana hati.
Readers, aktifitas mengasuh bayi dapat membuat seorang ibu sulit mendapatkan cukup istirahat guna memulihkan diri pasca melahirkan. Kurangnya istirahat menimbulkan kelelahan, baik secara fisik maupun emosional, hingga akhirnya memicu depresi pasca melahirkan.
Depresi akan kian meningkat apabila penderita tidak mendapat support dari orang-orang terdekat. Apalagi kemudian terjadi keruwetan dalam rumah tangga, yang itu akan memperparah kejiwaan si ibu.
Mengandung dan melahirkan buat seorang perempuan adalah peristiwa emosional penuh perjuangan ya Readers. Untuk itulah diperlukan support terus menerus dari orang-orang terdekat agar si ibu dapat melewati prosesnya dengan baik.
Semoga semua Ibu di sekitar kita terbebas dari masalah-masalah psikologis ya Readers.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif