Bacaini.ID, KEDIRI – Pengamat sosial sekaligus akademisi Universitas Islam Negeri Kediri, Dr. Taufik Alamin meminta semua pihak menahan diri agar tidak terjebak isu intoleransi terkait pembangunan gereja GKJW di Kota Kediri. Menurutnya persoalan itu sudah menemukan titik terang dengan komunikasi yang lebih terbuka oleh pihak gereja kepada masyarakat sekitar.
Taufik Alamin mengatakan dinamika penolakan pembangunan tempat ibadah oleh jemaat Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) di Jalan Lintasan Gang IV No. 09, RT 17, RW 05, Kelurahan Mojoroto, Kota Kediri masih bisa diurai. “Ada pola komunikasi yang perlu diperbaiki dari pihak gereja dengan masyarakat sekitar,” kata Taufik Alamin kepada Bacaini.ID, Kamis, 31 Juli 2025.
baca ini Pembangunan Tempat Ibadah GKJW di Kota Kediri Dihentikan Paksa
Taufik Alamin sendiri sudah bertemu dengan Pendeta Puput Yuniatmoko, panitia pembangunan gereja, dan jemaat GKJW untuk mendiskusikan persoalan itu pada Rabu malam, 30 Juli 2025. Pertemuan itu untuk mengevaluasi langkah panitia dalam mempersiapkan pembangunan gereja yang telah berjalan.

“Sebenarnya keberadaan teman-teman GKJW ini sudah lama di sana, sejak tahun 1997 silam. Selain sebagai sarana peribadatan, tempat yang dijadikan rumah ibadah mereka juga sering digunakan untuk pertemuan RT, dan saat pemilu menjadi tempat pemungutan suara (TPS) maupun kegiatan kemasyarakatan lainnya. Jadi hubungan dengan masyarakat sekitar sudah lama terjalin dengan baik,” terang Taufik Alamin.
baca ini Pemerintah Kota Kediri Bantah Penghakiman Jemaat GKJW
Sehingga ketika mereka mengajukan surat kesediaan pembangunan gereja kepada warga, tidak ada satupun yang keberatan. Bahkan hal itu sudah diketahui pengurus RT, RW, dan kelurahan. Di sinilah peran pemerintah daerah dibutuhkan untuk menjembatani kebutuhan ibadah jemaat GKJW, tanpa mengabaikan prosedur yang harus dipenuhi.
baca ini Polemik Pendirian Gereja FKUB Kota Kediri Terima Surat Keberatan Warga
“Jangan mengembalikan polemik ini ke masyarakat, pasti akan bias. Kasihan teman-teman GKJW yang sudah berjuang sejak lama,” katanya.
baca ini Predikat Kediri Sebagai Kota Paling Toleran Terganjal Penghentian Pembangunan Gereja
Namun melihat dinamika yang terjadi belakangan, Taufik mengimbau semua pihak untuk menahan diri agar tidak terseret isu intoleransi. Termasuk meminta pengurus gereja lebih membuka diri dengan masyarakat untuk mengeliminir kesalahpahaman informasi.
“Kehadiran saya tadi malam dan kawan-kawan pegiat toleransi untuk memastikan tidak ada hak minoritas yang terampas. Apalagi ini di tengah era post truth, semua harus diantisipasi. Alhamdulillah semua masih bisa dibicarakan,” pungkas Taufik.
Penulis: Hari Tri Wasono
FKUB ngomong seenak cocotnya doang, prises sudah berjalan dan dapat persetujuan warga sekitar, kok disuruh kembali dari nol
Otak ya pebgurus FKUB ditaruh dimana
Nggak usah muter muter kalau inti ya tdk memberi ijin smg pengurus FKUB kita Kediri mendapat laknat dan karma dari Tuhan Yesus
Demimian pula Pemkot Kediri jangan berlindung di ketiak FKUB
Organisasi apa itu FKUB , kok pemerintah harus tunduk dg FKUB.
Masak diinjak injak terus terusan disuruh diem.Semua masalah itu sumbernya di FKUB