Bacaini.id, KEDIRI – Kemunculan kelompok Islam radikal ekstrimis di Indonesia dinilai sangat meresahkan. Meskipun dalam bertindak mereka berpedoman pada Al-Quran dan Al-Hadits, namun perilakunya yang radikal tidak dapat dibenarkan.
Guna menekan hal tersebut, Pemkot Kediri mendukung upaya moderasi beragama. Seperti yang dikatakan oleh KH. Abdul Hamid Abdul Qodir, Wakil Ketua Umum MUI Kota Kediri bahwa sebagai upaya untuk menekan radikalisme maka moderasi beragama dinilai esensial.
“Moderasi merupakan pola pikir, sikap dan perilaku ‘tengah’ seimbang, tidak berlebihan, tidak ekstrem dan anti kekerasan. Sehingga moderasi beragama dalam perkembangannya dikatakan sebagai Islam Jalur Tengah atau Wasathiyah,” kata KH. Abdul Hamid Abdul Qodir, Sabtu, 24 September 2022.
Menurutnya, ajaran agama Islam itu sudah moderat/tawasuth. Sehingga yang lebih diperlukan saat ini adalah mentradisikan moderasi dalam pola pikir, sikap dan perilaku umat sebagai subjek yang memahami agama.
“Moderasi merupakan upaya untuk mengarahkan pola pikir, sikap dan perilaku keberagaman umat agar tetap tawasuth (tidak berlebihan/tidak bersikap ekstrem),” terangnya.
Memahami hal tersebut, Pemerintah Kota Kediri menyatakan dukungan atas upaya Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mentradisikan Islam Wasathiyah. Sebagaimana yang dikatakan oleh Asisten Perekonomiam dan Pembangunan Kota Kediri, Ferry Djatmiko.
“Kegiatan halaqah Islam jalur tengah (Wasathiyah) ini perlu dilaksanakan. Pemahaman terhadap hal ini sangat diperlukan guna memberantas radikalisme,” kata Ferry dalam acara yang berlangsung di aula Masjid Agung Kota Kediri.
Disamping itu, pihaknya juga mengatakan bahwa menjaga kerukunan antar umat beragama juga dipandang penting dalam menjaga keseimbangan dan menumpas radikalisme.
“FKUB di Kota Kediri ini memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam menekan radikalisme. Keharmonisan antar umat beragama juga menjadi kunci untuk mencapai hal tersebut,” imbuhnya.
Sebagai informasi acara ini yang digawangi oleh MUI Kota Kediri ini mendaulat Prof. Dr. HM. Asror Yusuf, M.Ag dan Dr. HA. Jauhar Fuad, M.Pd sebagai narasumber. Kegiatan ini juga dihadiri 60 orang peserta dari perwakilan perguruan tinggi Islam di Kota Kediri serta Organisasi Masyarakat (ORMAS) di Kota Kediri.**