Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Stok tembakau yang tengah mengalami surplus berdampak pada turunnya harga tembakau di Tulungagung. Disisi lain, sejak tanaman padi gagal panen, para petani banyak yang beralih menanam tembakau.
Kepala Desa Ngranti, Yulianto mengatakan bahwa Desa Ngranti merupakan salah satu wilayah penghasil tembakau di Tulungagung. Maka dari itu, tidak heran jika banyak petani di Desa Ngranti memilih untuk menanam tembakau dari pada jenis tanaman lainnya.
“Justru saat ini terjadi penambahan lahan tanaman tembakau. Hal ini disebabkan karena resiko gagal panen dalam menanam tembakau lebih kecil jika dibandingkan tanaman lainya. Karena seringkali petani padi gagal panen karena serangan hama tikus,” kata Yulianto kepada Bacaini.id, Senin, 19 September 2022.
Yulianto menyebutkan, saat ini harga tembakau turun menjadi Rp600.000 per kwintal, padahal normalnya, tembakau biasa dijual dengan harga Rp800.000 per kwintal. Sedangkan untuk harga tembakau rajangan saat ini berada di angka Rp70.000 – Rp80.000 per kilogram.
“Harga normal tembakau rajangan itu Rp80.000 – Rp90.000 per kilogram,” imbuhnya.
Selain itu, disebutkan pula beberapa faktor yang membuat harga tembakau di Tulungagung mengalami penurunan. Diantaranya karena stok tanaman tembakau surplus, para petani yang baru saja melakukan panen dan menurunnya kualitas tembakau yang dihasilkan.
“Turunnya harga tembakau juga dipengaruhi oleh rasa. Namun untuk tembakau kualitas premium harganya jauh lebih mahal,” terangnya.
Menurut Yulianto, petani tembakau di Desa Ngranti memilih menanam tembakau jenis sidi yang lebih sesuai dengan ketahanan cuaca dan kondisi tanah di Desa Ngranti. Sehingga tembakau yang dihasilkan bisa tetap terjaga kualitasnya.
“Apalagi tembakau jenis sidi ini lebih sedikit kemungkinan mengalami gagal panen. Sedangkan jika menanam tembakau jenis lain, biasanya lebih mudah layu hingga menyebabkan gagal panen,” paparnya.
Lebih lanjut, Yulianto mengungkapkan bahwa saat ini petani tembakau di Desa Ngranti sudah sejak dua tahun ini memasarkan hasil panennya melalui sistem online. Hal ini bisa memperluas pemasaran tembakau dari Desa Ngranti hingga tembus ke kota besar.
“Untuk tembakau kering sering dipasarkan ke Semarang melalui sistem online. Sedangkan untuk tembakau basah pasarannya lebih kepada masyarakat lokal,” pungkasnya.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira