Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Sifat kepemimpinan Presiden Pertama Indonesia, Soekarno tidak lepas dari ajaran Mbok Sarinah sebagai ibu pengganti semasa kecilnya di Tulungagung. Bukan hanya sebagai pengasuh, Mbok Sarinah juga menjadi pejuang semasa penjajahan kolonial.
Kasi Pembinaan dan Pengawasan Kearsipan, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Tulungagung, Joko Sugiono menceritakan, pada sekitar 1906, untuk pertama kalinya Soekarno menginjakan kaki di Kelurahan Kepatihan, Tulungagung bersama ayahnya Soekeni dan ibunya Ida Ayu.
Ketika di Tulungagung, Soekeni, sang ayah menitipkanya di rumah kakeknya RB. Hardjodikromo dan memerintahkan Mbok Sarinah untuk mengasuh Soekarno kecil.
“Karena ayah Soekarno itu bekerja sebagai guru di sekolah milik Belanda di Mojokerto. Jadi Soekarno dititipkan di rumah kakeknya yang berada di Kelurahan Kepatihan dan diasuh oleh Mbok Sarinah sejak usia lima tahun,” kata Joko kepada Bacaini.id, Jumat, 17 Juni 2022.
Seiring berjalanya waktu, hubungan Mbok Sarinah dengan Soekarno kecil semakin dekat. Setiap hari Soekarno selalu ditemani oleh Mbok Sarinah, bahkan setiap malam Mbok Marinah selalu membacakan dongeng pengantar tidur untuk anak yang diasuhnya itu.
“Dari kedetakan inilah, banyak ajaran yang diberikan kepada Soekarno kecil. Bahkan kata Soekarno, dia menemukan sosok ibu pada diri Mbok Sarinah,” ujarnya.
Joko mengatakan, ada beberapa ajaran yang diberikan Mbok Sarinah kepada Soekarno kecil. Setiap pagi, Mbok Sarinah mengajak Soekarno memasak di gubuk kecil yang berada didekat rumahnya. Disitulah Soekarno kecil mendapat ajaran cinta kasih kepada orang kecil dan harus menghargai orang lain serta sopan santun kepada semua orang.
“Hampir setiap hari, Mbok Sarinah menanamkan ajaran itu kepada Soekarno kecil, hingga melekat di otak dan hatinya. Dari Mbok Sarinah, Soekarno mendapat pelajaran budi pekerti, cinta kasih dan cinta kepada rakyat kecil. Bahkan ajaran Mbok Sarinah masih diterapkan oleh Soekarno ketika menjadi presiden,” paparnya.
Bahkan gagasan besar Soekarno mengenai Nasionalisme dan Cinta Tanah Air yang banyak dikenal dengan istilah Wong Cilik, merupakan peran besar dari Mbok Sarinah. Sampai akhirnya Soekarno bersama rakyatnya berhasil mengusir penjajah dari Indonesia.
“Maka peran Soekarno ini tidak lepas dari ajaran Mbok Sarinah selama menjadi pengasuhnya di Tulungagung. Melihat bahwa Mbok Sarinah juga termasuk orang kecil dan hal itu membuat ajarannya melekat pada diri Soekarno,” ungkap pria berkacamata itu.
Konon Sarinah adalah istri seorang penulis terkenal dari Belanda yakni Multatuli, yang menceritakan kejahatan kolonialisme di Indonesia. Pada akhirnya muncul keyakinan bahwa Mbok Sarinah bukan hanya sebagai pengasuh sang Proklamator RI, melainkan juga sebagai pejuang seperti Multatuli yang ditangkap Pemerintah Belanda ketika melakukan protes tentang perlakuan Belanda rakyat Indonesia.
Menurut Joko, setelah tiga tahun berada di Tulungagung, akhirnya Soekarno pindah ikut bersama orang tuanya. Bahkan setelah Soekarno beranjak dewasa, dia sudah tidak dapat bertemu lagi dengan Mbok Sarinah. Pasalnya, perempuan yang sangat berjasa sejak kecil itu telah meninggal dunia.
“Mbok Sarinah meninggal tahun 1959 dan dimakamkan di Komplek Pemakaman Kepatihan, Tulungagung. Hanya makam inilah peninggalan Mbok Sarinah, karena rumah Mbok Sarinah yang ada di Kelurahan Kepatihan sudah dialih fungsikan, bentuknya sudah berubah, tidak seperti aslinya dulu,” pungkasnya.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira