Bacaini.id, KEDIRI – Stunting merupakan salah satu kondisi kesehatan yang menjadi perhatian pemerintah. Kondisi ini menimbulkan akibat jangka pendek dan jangka panjang yang bisa mempengaruhi kualitas SDM sejak dini.
Menurut dokter spesialis anak RSUD Simpang Lima Gumul (SLG), dr. Bayu Prabowo, Sp.A., stunting merupakan gangguan pertumbuhan anak akibat kurang nutrisi dan sub optimal kesehatan. “Singkatnya stunting itu kondisi anak yang pendek atau kerdil jika dibandingkan dengan anak seusianya. Tapi perlu digarisbawahi perawakan pendek itu ada kriterianya,” kata dr. Bayu.
Kriteria pendek dalam stunting diantaranya:
1. Tinggi badan di bawah presentil 3 atau menunjukkan angka -2 standar deviasi (SD)
2. Pertumbuhan lambat
3. Kecepatan pertumbuhan saat usia 3-12 tahun di bawah 4 cm per-tahun.
4. Perkiraan tinggi dewasa di bawah Tinggi Potensi Genetik (TPG)
5. Kecepatan pertumbuhan melambat setelah usia 3 tahun.
Stunting merupakan akibat dari kurangnya gizi pada anak pada seribu hari pertama kehidupan, sejak di dalam kandungan sampai usia dua tahun. “Kondisi ini tidak bisa diperbaiki, tetapi ada cara yang bisa dilakukan sebagai upaya pencegahan, terlebih mulai dari orang tua atau keluarga baru,” ujar dr. Bayu.
Berikut upaya pencegahan stunting menurut dr. Bayu:
1. Ketika merencanakan kehamilan harus dipersiapkan semuanya, terkait biaya finansial juga tercukupinya gizi
2. Melakukan imunisasi sebelum hamil
3. Mencukupi kebutuhan gizi pada ibu hamil
4. Ketika lahir, bayi diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
5. Memberikan makanan pendamping ASI yang tepat pada usia 6 bulan-2 tahun
6. Pola asuh yang tepat
7. Lingkungan yang bersih
8. Pemberian imunisasi lengkap pada anak.
Dikatakan dr. Bayu, biasanya stunting pada anak lebih rentan karena tingkat ekonomi dan pengetahuan serta kesadaran masyarakat yang masih kurang. Sehingga menyebabkan kekurangan gizi baik pada ibu hamil dan juga bayi yang dilahirkan.
Hal tersebut perlu diperhatikan karena bisa memberikan dampak jangka pendek, mulai dari terganggunya perkembangan otak dan kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan metabolisme dalam tubuh.
Sedangkan dampak jangka panjang diantaranya meningkatkan resiko kesakitan dan kematian, perkembangan otak suboptimal sehingga perkembangan motorik dan mental terganggu.
Dengan begitu secara otomatis bisa menghambat prestasi akademik. Selain itu dampak stunting juga meningkatkan resiko obesitas dan rentan terhadap penyakit yang tidak menular.
“Untuk itu perlu disosialisasikan secara berkala bisa melalui posyandu. Karena posyandu adalah lini terdepan untuk kesehatan balita dengan pemantauan melalui buku KIA, tentu saja orang tua juga harus lebih perhatian,” terangnya. (ADV)