Bacaini.id, NGANJUK – Warga Desa Mojorembun, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk menemukan dua buah batu besar yang diduga meteorit di tengah hutan. Dua buah batu besar itu masing-masing memiliki berat sekitar 80 Kilogram dan berwana hitam mengkilat.
Suprianto, mengaku tidak sengaja menemukan dua buah batu yang diduga meteorit itu di tengah hutan Kecamatan Rejoso. Pria berusia 43 tahun itu menemukan batu tersebut pada waktu yang berbeda.
Pertama kali batu diduga meteorit itu dia temukan pada 2022 lalu. Kemudian batu yang sama kembali ditemukannya sekitar 150 meter dari lokasi temuan awal pada Kamis, 22 Juni 2023 kemarin.
Pria yang aktif di Komunitas Pecinta Sejarah dan Ekologi Nganjuk (Kotasejuk) itu mengaku menemukan dua batu tersebut saat menyusuri aliran sungai untuk menyelematkan fosil. Dia tertarik membawanya pulang karena batu itu berbeda dari batu lain yang pernah dilihatnya.
“Waktu itu kita melakukan penyelamatan fosil di sungai di tengah hutan dan menemukan batu itu,” kata Suprianto kepada Bacaini.id di rumahnya hari ini, Sabtu, 7 Juli 2023.
Dengan berat batu sekitar 80 kilogram, Suprianto kesulitan untuk membawanya pulang. Akhirnya dia mendorong batu itu agar menggelinding ke bawah. Setelah 1,5 kilometer dari lokasi temuan, batu itu diangkut menggunakan sepeda motor yang dikendarainya.
“Cara itu juga saya lakukan saat menemukan batu pertama tahun lalu. Saya letakkan di ruang tamu ini, sambil mencari informasi,” ceritanya.
Suprianto sengaja menaruh dua batu tersebut di ruang tamu rumahnya agar orang lain bisa melihatnya secara langsung. Dia juga bertanya kepada kenalannya yang paham terkait batu-batuaan dan ahli pusaka hingga ke Disporabudpar Kabupaten Nganjuk.
Beberapa rekan menyarankan Supriato untuk mencocokan batu temuannya dengan batu yang telah terbukti sebagai meteorit dan mencuci kedua batu tersebut menggunakan sitrun. Ada pula yang menyarankan agar membawa batu itu ke laboratorium.
“Sementara ini disimpan bersama fosil lain yang saya temukan. Saya rawat di rumah untuk koleksi. Belum ada niat menjual,” aku Suprianto.
Salah satu pegawai Disporabudpar Kabupaten Nganjuk, Amin Fuadi mengatakan, batu kedua yang ditemukan Suprianto diduga kuat merupakan batu meteorit. Pada batu itu terlihat adanya sisa gesekan udara yang sangat jelas.
“Sebelum sampai ke bumi itu terjadi gesekan udara dan kebakaran saat melewati atmosfer. Nah, karena kebaran ini bisa jadi habis, bisa jadi juga masih ada yang tersisa,” jelas Amin saat melakukan peninjauan di rumah Suprianto.
Amin juga melakukan pengukuran pada kedua batu diduga meteorit. Diketahui, batu pertama memiliki panjang dan lebar sekitar 42 cm. Sedangkan batu kedua memiliki panjang 54 cm dan lebar 44 cm. Selain itu juga dilakukan pengecekan awal dengan mendekatkannya pada magnet.
“Magnet dapat menempel di sisi tertentu dari kedua batu tersebut,” imbuhnya.
Lebih lanjut menurut Amin, yang dapat membuktikan apakah kedua batu tersebut benar-benar batu meteorit adalah tim ahli geologi, baik dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran, maupun dari museum geologi Bandung.
“Untuk itu kami akan melaporkannya agar dapat dilakukan pengkajian oleh pihak yang berkompeten,” pungkasnya.
Penulis: Asep Bahar
Editor: Novira