• Login
  • Register
Bacaini.id
Wednesday, December 24, 2025
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
Bacaini.id

Waled Asem dan Jejak Lumpur yang Menjadi Rumah

Tak banyak yang tahu jika Desa Waled Asem di Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon menyimpan kisah geologis luar biasa. Sebelum menjadi kampung, desa ini adalah lautan.

ditulis oleh Redaksi
9 November 2025 14:08
Durasi baca: 2 menit
Waled Asem dan Jejak Lumpur yang Menjadi Rumah

Suasana siang di Desa Waled Asem, Cirebon. Foto: bacaini/Hari Tri Wasono

Bacaini.ID, CIREBON — Nama Waled berasal dari bahasa Sunda yang berarti leutak atau lumpur. Konon, ratusan tahun silam, wilayah ini adalah bagian dari Laut Jawa.

“Dulu, orang tua kami bilang, tanah ini dulunya laut. Bahkan saat menggali sumur, sering ditemukan cangkang laut,” kata Yono, mantan Kepala Desa Waled Asem kepada Bacaini.ID, Minggu, 9 November 2025.

Transformasi ini terjadi secara alami selama ratusan tahun. Sungai Cisanggarung, yang berhulu di pegunungan Kuningan, membawa serta lumpur dan sedimen setiap musim hujan. Lama-kelamaan, endapan lumpur itu menutup wilayah pesisir, menciptakan daratan baru yang subur. Inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Desa Waled Asem.

Pada masa kolonial, wilayah ini terbagi menjadi dua: Waled Pacinan dan Waled Girang. Waled Pacinan dikenal sebagai pusat perdagangan yang ramai, dihuni oleh komunitas Tionghoa yang berbaur dengan warga lokal. Mereka membuka toko, berdagang hasil bumi, dan membangun relasi sosial yang erat dengan masyarakat sekitar.

Sementara Waled Girang, yang terletak di dataran lebih tinggi, menjadi kawasan pertanian dan pemukiman utama.

Setelah kemerdekaan, nama itu berubah menjadi Waled Kota, menandai babak baru sebagai pusat pemerintahan kecamatan. Sedangkan Waled Girang berubah menjadi Waled Desa.

Waled Asem sendiri merupakan bagian dari kawasan yang lebih luas di Kecamatan Waled. Nama “Asem” merujuk pada pohon asam yang dulunya banyak tumbuh di wilayah ini, menjadi penanda alam sekaligus batas kampung.

Kini, desa ini dihuni oleh masyarakat agraris yang hidup dari pertanian, perdagangan kecil, dan sebagian mulai merambah sektor informal dan digital. “Mayoritas warga bekerja di pertanian, ada juga yang memelihara kambing,” kata Tono.

Namun, di balik geliat kehidupan modern, jejak sejarah masih terasa. Beberapa rumah tua dengan arsitektur campuran Tionghoa dan Indis masih berdiri.

Tradisi sedekah bumi dan ziarah ke makam leluhur tetap lestari. Bahkan, beberapa warga mulai menggagas ide untuk membuat “Museum Lumpur”, sebuah ruang edukasi yang merekam sejarah geologis dan sosial desa mereka.

Meski kaya akan sejarah, namun banyak generasi muda yang belum mengenal asal-usul kampungnya. Hal ini yang melatarbelakangi beberapa sekolah menginisiasi program “Sejarah Kampungku” agar anak-anak tahu bahwa tanah yang mereka injak dulunya adalah laut, dan bahwa identitas lokal adalah bagian dari warisan yang harus dijaga.

Dengan narasi sejarah yang kuat, Waled Asem berpeluang menjadi destinasi wisata edukatif. Waled Asem bukan sekadar desa. Ia adalah bukti bahwa alam dan manusia bisa beradaptasi, lumpur bisa menjadi rumah, dan sejarah bisa hidup di tengah kehidupan sehari-hari.

Penulis: Hari Tri Wasono

Print Friendly, PDF & EmailCetak ini
Tags: asal usul daerahcirebonSEJARAHWaled asem
Advertisement Banner

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

sidang penyerobotan tanah jombang

Bukti Eks Ketua PN Jombang Diduga Serobot Tanah Dibuka di Sidang

Beda Cara Menyambut Tahun Baru Pemkot dan Pemkab Kediri

Beda Cara Menyambut Tahun Baru Pemkot dan Pemkab Kediri

Menghias Kue Natal Bersama Santa Claus di Hotel Lotus Kediri

Menghias Kue Natal Bersama Santa Claus di Hotel Lotus Kediri

  • buruh penerima ump jatim 2026

    UMP Jatim 2026 Jadi Rp2,4 Juta, UMK Harus Mengikuti

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ngintip Istana Disney Land yang Didirikan Polres Jombang: Gratis Kopi dan Pijat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Wisatawan Domestik di Libur Nataru Pilih Jogja Ketimbang Bali  

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Imigrasi Blitar Cekal Warga Terkait Kasus Korupsi, Tapi Rahasia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Djarum Grup Akuisisi Bakmi GM, Pendapatannya Bikin Melongo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Bacaini.id adalah media siber yang menyajikan literasi digital bagi masyarakat tentang politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pertahanan keamanan, hiburan, iptek dan religiusitas sebagai sandaran vertikal dan horizontal masyarakat nusantara madani.

© 2020 - 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Redaksi
  • Privacy Policy
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL

© 2020 - 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist


Warning: array_sum() expects parameter 1 to be array, null given in /www/wwwroot/Bacaini/wp-content/plugins/jnews-social-share/class.jnews-social-background-process.php on line 112