Bacaini.ID, JOMBANG – Usulan nama KH Bisri Syansuri, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional diajukan setiap tanggal 10 November.
Usulan sejak 2017 itu datang dari para alumni Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang Jawa Timur. Termasuk pada Hari Pahlawan tahun 2024 ini, usulan kembali dilakukan.
KH Bisri Syansuri atau Mbah Bisri dianggap berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan RI. Selain ulama pendiri NU juga sekaligus pejuang kemerdekaan RI.
Namun pemerintah hingga kini belum memberi tanggapan resmi atau belum meng-ACC usulan gelar pahlawan nasional itu.
KH. Abdussalam Shohib atau Gus Salam, cucu KH Bisri Syansuri menuturkan, bagi keluarga dan warga nahdliyin pada umumnya, Mbah Bisri sudah dianggap sebagai pahlawan.
“Kami tidak mempersoalkan apakah Mbah Bisri diberi gelar Pahlawan Nasional atau tidak. Bagi kami, beliau sudah menjadi pahlawan sejak lama,” tutur Gus Salam Minggu (10/11/2024).
“Pahlawan bagi keluarga, bagi pesantren, bagi umat, dan tentunya bagi Nahdlatul Ulama,” tambahnya saat ditemui di Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar.
Mbah Bisri yang wafat 25 April 1980 diketahui pernah jadi Komandan Markas Besar Ulama selama masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Kemudian juga pernah menjadi legislator.
KH. Bisri Syansuri lahir 18 September 1886 di mana sepanjang hidupnya banyak berkontribusi penting bagi negara dan agama.
Bersama KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahab Hasbullah mendirikan NU. Namun Mbah Hasyim dan Mbah Wahab diketahui lebih dulu dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
Menurut Gus Salam, usulan gelar Pahlawan Nasional selalu diajukan kembali oleh alumni Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar setiap tahun.
Para alumni merasa bahwa Mbah Bisri pantas mendapat pengakuan resmi atas jasa-jasanya dalam perjuangan bangsa. Namun, keluarga tidak terlalu memprioritaskan hal itu.
“Bagi kami (Kaluarga) dengan segala jasa dan pengabdiannya, nama KH. Bisri Syansuri terus dikenang sebagai salah satu ulama besar yang berperan penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, terlepas dari ada atau tidaknya pengakuan resmi sebagai Pahlawan Nasional,” pungkasnya.
Penulis: Syailendra
Editor: Solichan Arif