KEDIRI – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kediri bekerjasama dengan Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung, melakukan kajian potensi tanah longsor di lokasi rekahan tanah yang ada di lereng Gunung Wilis tepatnya di Dukuh Badut, Dusun Besuki, Desa Jugo Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BPBD Kabupaten Kediri, Slamet Turmudzi mengatakan, kajian potensi bencana dilakukan karena terdapat rekahan tanah yang menjalar hingga ke empat rumah warga di desa setempat, dan sebagai landasan untuk merelokasi warga.
“Potensi longsornya seperti apa, warga harus bagaimana, itu yang kita tindak lanjuti, dari hasil diskusi daerah tersebut yang memang berpotesi longsor,” kata Slamet saat dihubungi Bacaini.id, Sabtu, 07 Nopember 2020.
Slamet menyebut, jika surat rekomendasi sudah dikeluarkan dan tidak memungkinkan untuk ditinggali maka pemerintah desa setempat akan melakukan relokasi untuk tujuh KK yang berada di lokasi tersebut.
Sampai saat ini sudah ada tujuh Kepala Keluarga (KK) yang telah diungsikan ke hunian sementara yang tidak jauh dari pemukiman sebelumnya. Pengungsi juga terus diberikan sosialisasi kebencanaan, agar dapat waspada jika sewaktu-waktu terjadi hal- yang tidak diinginkan.
Selain itu, disana Tim Siaga Bencana Desa (TSBD), juga terus memantau kondisi lokasi, dan disiagakan ketika hujan deras melanda daerah setempat. “Mereka juga kami wajibkan untuk melapor ke BPBD setiap waktu,” katanya.
Slamet menambahkan, hingga saat ini rumah warga yang terdampak langsung retakan tanah ada sebanyak lima rumah terdiri dari empat rumah warga yang terdampak langsung dan satu rumah warga yang juga kemungkinan tertutup akses jalannya.
Sementara itu Kepala Sub bidang Mitigasi dan Gerakan Tanah Wilayah Barat Badan Geologi, Sumaryono mengatakan, dari hasil peninjauan, diketahui pergerakan longsor mengarah timur laut.
“Dari pengukuran retakan tanah di lokasi kami menyimpulkan potensi terjadi longsor akan berdampak ke arah 4 rumah warga. Kemudian berdasarkan peta kerawanan longsor yang ada pada data PVMBG, daerah ini memang berpotensi tinggi terjadi longsor,” tutupnya.
Untuk diketahui, kasus rekahan tanah tersebut terjadi sejak tahun 2019, beberapa kali warga juga sempat menutup rekahan dengan cor, namun upaya tersebut tidak berhasil, dan ketika musim hujan datang, rekahan semakin terlihat. (Karebet)