Bacaini.id, NGANJUK – Masyarakat di Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk melaksanakan kirab dan jamasan pusaka peninggalan Ki Ageng Ngaliman. Prosesi ini menjadi tradisi sakral setiap Bulan Suro.
Tradisi turun-temurun masyarakat Gunung Wilis tersebut kali ini dilaksanakan setiap pasaran Wage, 24 Suro 1445 yang jatuh tepat hari ini, Jumat, 11 Agustus 2023.
Kirab dimulai pukul 08.00 WIB dari makam Ki Ageng Ngaliman. Para sesepuh desa berjalan paling depan, kompak mengenakan pakaian adat jawa sambil menggendong jarik berisi enam pusaka disusul iring-iringan warga.
Aroma kemenyan dan lantunan salawat mengiringi perjalanan enam pusaka peninggalan Ki Ageng Ngaliman menuju balai desa. Sepanjang jalan sejauh 500 meter itu dipenuhi warga yang selalu antusias menyambut momen sakral ini.
Sampai di Balai Desa Ngaliman, enam pusaka tersebut diserahkan kepada sejumlah pejabat dan diletakkan di satu tempat. Dilanjutkan dengan penampilan tari gambyong sebagai penyambutan juga tarian Bondan Kendi yang menggambarkan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.
Tibalah waktu penjamasan yang dilakukan oleh sesepuh lembaga adat. Masing-masing pusaka berbentuk cundrik dan wayang kayu itu memiliki nama sendiri, yaitu pusaka Kiai Kembar, Kiai Bondan, Kiai Jogo Truno, Kiai Betik, Mbah Dukun dan Raden Panji.
Penjamasan dilakukan menggunakan air yang diambil dari Air Terjun Sedudo. Setelah selesai, pusaka peninggalan salah satu tokoh penyebar agama Islam itu kemudian dikembalikan ke tempat penyimpanannya di samping kantor desa.
Bersamaan dengan itu, warga mulai berebut air sisa penjamasan. Warga Ngaliman percaya air tersebut berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit, menyuburkan tanaman hingga memagari dari segala gangguan makhluk gaib dan orang yang berniat jahat.
Ketua Lembaga Adat Istiadat Sosial Budaya Desa Ngliman, Sumarno mengatakan, kegiatan ini digelar dengan tujuan untuk melestarikan budaya leluhur, termasuk jamasan pusaka milik Ki Ageng Ngaliman.
“Sudah sejak dulu, yang namanya pusaka harus diwarangi atau dijamas,” kata Sumarno usai kegiatan hari ini, Jumat, 11 Agustus 2023.
Diceritakannya, Ki Ageng Ngaliman sendiri selain menyebarkan ajaran agama Islam juga mengajarkan cara melawan penjajah kala itu. Cara yang diajarkan adalah dengan memberikan warangan yang mengandung racun pada sebuah pusaka.
“Selama di sini, (Desa Ngaliman) Ki Ageng Ngaliman memang menyusun kekuatan, mengajarkan ilmu-ilmu untuk melawan penjajah Belanda,” imbuhnya.
Penulis: Asep Bahar
Editor: Novira