Bacaini.id, KEDIRI – Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) adalah musuh bebuyutan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Dua partai politik besar Indonesia dengan kutub ideologi yang berseberangan (kanan dan kiri) satu sama lain. Orang-orang Masyumi tidak lelah menghadapi serangan para kader dan simpatisan PKI, begitu pun sebaliknya.
Mereka saling gempur di media massa dan lapangan. Meski kalah perolehan suara pada Pemilu 1955, PKI tidak patah arang mengungguli Masyumi dengan segala cara.
Presiden Soekarno atau Bung Karno pasca peristiwa PRRI/Permesta diketahui telah membubarkan Masyumi dan PSI (Partai Sosialis Indonesia), termasuk memenjarakan sejumlah tokohnya.
Yang tidak banyak diketahui, Partai Masyumi tidak berhenti “menginsyafkan” orang-orang Islam (muslim) yang telah bersimpati dan bergabung dengan PKI.
Dalam buku “Kami Memanggil” yang diterbitkan Dewan Pimpinan Masyumi pada tahun 1955, Masyumi secara terbuka mengajak kaum muslim segera meninggalkan PKI.
“Kepada kaum muslimin yang memasuki partai komunis (PKI) atau mengikuti golongan komunis (SOBSI, BTI, Gerwani, Gerwis), kami berseru supaya mereka meninggalkan partai dan golongan itu, dan kembali ke dalam Islam”.
Masyumi berharap seruannya tidak diterjemahkan kaum muslim yang bergabung dengan PKI sebagai sebuah serangan. Sebab seruan itu datang dari hati seorang muslim.
“Kami mengharap supaya seruan kami ini tidak dirasakan oleh kaum Muslimin yang masih dalam lingkungan komunis sebagai serangan terhadap mereka. Seruan ini keluar dari hati Islam menuju hati orang Islam yang telah tersesat mengikuti kaum komunis”.
Masyumi menegaskan jika Islam dan komunisme secara politik sangat berbeda. Tujuan hidup manusia menurut Islam adalah mengabdi kepada Tuhan, bukan faham kebendaan (materialisme) yang menjadi filsafat komunis.
Oleh sebab itu mereka wajib berjuang mengejar kebahagiaan hidup duniawi di lapangan kemakmuran, menegakkan kebenaran dan harus takluk di bawah kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa.
Sebagai manusia muslim yang merdeka hendaknya berjuang untuk menegakkan keadilan Ilahi di dunia.
“Tidak penting Blok Barat dan Blok Timur karena mereka mempunyai jalan hidup sendiri. Mereka berjuang dalam hidupnya sebagai manusia dan bangsa merdeka, untuk menegakkan keadilan Ilahi di dunia ini”.
Masyumi berulangkali meminta umat yang bergabung dengan komunis untuk segera kembali ke Islam. Segera meninggalkan jalan komunis yang mengabdi kepada Moskow.
Bagi Masyumi, Komunis hanya akan menjadikan manusia budak dan bangsa yang terjajah oleh bangsa lain. Umat Islam yang bergabung dengan PKI diminta segera kembali mengabdi kepada Allah, hidup sebagai manusia dan bangsa yang merdeka.
Mereka diminta tak berkeras hati, yakni membuka mata tapi menutup telinga terhadap seruan kebenaran. Mereka yang marah dengan adanya seruan diharap menenangkan perasaan, mengingat bahwa hidup di dunia ada batasnya, yaitu mati.
Hati muslimin yang terpeleset jatuh ke komunis diharap bisa kembali ke jalan Islam karena seorang muslim tidak mungkin menganut komunis. Begitu juga sebaliknya seorang komunis tidak mungkin memeluk Islam.
“Pintu tobat masih terbuka,” tutup seruan Masyumi dalam buku Kami Memanggil.
Apa hasilnya? Seruan Masyumi terbukti tidak banyak didengar. Pada Pemilu 1955 yang berlangsung bulan September dan Desember, perolehan suara PKI masuk 4 besar, yakni di bawah NU, Masyumi dan PNI.
Penulis: Solichan Arif