• Login
  • Register
Bacaini.id
Sunday, July 6, 2025
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
Bacaini.id

Rukayah, Dari Buruh Migran Menjadi Bos Tenun

ditulis oleh redaksi
26/04/2020
Durasi baca: 3 menit
493 37
0
Rukayah, Dari Buruh Migran Menjadi Bos Tenun

Rukayah saat membuat pola. Foto istimewa

Sejak tahun 1950 kawasan barat sungai Brantas Kota Kediri dikenal sebagai kampung penenun. Ratusan warga bekerja di industri tenun rakyat yang dikelola secara sporadis menciptakan lembaran kain motif dan sarung.

Tak banyak yang tahu jika sebelum kawasan industri di Kelurahan Bandarkidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri ini muncul, terdapat kisah pilu dan berdarah-darah yang dialami para penenun. Salah satunya Rukayah, penenun yang kini pasarnya merambah hampir seluruh Indonesia.

“Industri ini sempat ambruk setelah peristiwa gerakan 30 September PKI meletus,” kata Rokayah, 50 tahun, memulai kisahnya.

Sempat mati suri selama 20 tahun, satu per satu pemilik mesin tenun kembali memulai usaha, tak terkecuali Rokayah. Setelah menikah dengan Munawar yang merupakan bekas buruh tenun di Kelurahan Bandar Kidul, perlahan-lahan Rokayah membangun kembali usaha itu di rumah suaminya yang menjadi sentra perajin tenun.

Bermodal dua mesin tenun, pasangan suami istri ini memproduksi sendiri kain sarung yang menjadi produk utama perajin tenun. Menurut dia, tak banyak penenun yang membuka kembali usaha itu paska terjadinya pergolakan politik nasional.  Sehingga ketika memunculkan produk sarung di tahun 1989, tak banyak pesaing yang mengancam bisnis Rokayah. Dari lima desa yang menjadi kawasan perajin tenun di wilayah barat Kota Kediri, hanya Kelurahan Bandar Kidul saja yang membangun kembali bisnis ini.

Usaha pasangan suami istri ini terus berjaya dan merekrut banyak tenaga kerja dari penduduk sekitar. Mereka juga mampu menggandakan jumlah mesin tenun yang semula hanya dua unit menjadi 15 unit meski berupa mesin manual.  Mesin tenun yang dibuat dari kayu ini digerakkan oleh tenaga manusia dan masih dipertahankan oleh Rokayah hingga sekarang.

Kejayaan industri tenun ini kembali diuji setelah terjadi krisis ekonomi besar-besaran di tahun 1997. Mahalnya harga bahan baku benang dan pewarna menjadi tak terkejar dengan harga jual sarung yang kala itu dibanderol Rp 25.000 per potong. “Saya akhirnya menyerah dan menutup usaha ini,” kata Rokayah.

Tidak adanya peluang kerja di luar tenun memaksa Rokayah menjadi tenaga kerja wanita di Arab Saudi. Namun tak seperti TKW lain yang betah berlama-lama memburu Real, Rokayah memutuskan pulang ke tanah air setelah dua tahun merantau. Uang pesangon dan hasil kerja sebesar Rp 14 Juta menjadi modal membangun kembali usaha tenunnya. Dari jumlah itu, Rokayah menyisihkan Rp 2,5 juta untuk membeli televisi berwarna. Sedangkan sisanya habis diperuntukkan membeli benang dan zat warna.

Bermodal 15 unit mesin tenun yang masih terawat baik, Rokayah dan suaminya memulai kembali pembuatan sarung di tahun 2001. Perlahan-lahan bekas pekerjanya yang sempat menganggur ditarik kembali. “Tiap hari Kamis saya keliling hingga ke gunung menjual sarung sendiri. Sebab hari Sabtu harus membayar gaji pekerja,” kenang Rokayah.

Untuk mempertahankan usahanya, Rokayah memberanikan diri memproduksi bentuk lain. Ia melakukan diversifikasi dengan membuat tas dan sepatu. Ppembuatan produk ini memanfaatkan kain perca atau sisa potongan sarung dan pakaian untuk diserahkan kepada perajin sepatu dan tas yang menjadi rekanannya.

Diversifikasi ini pula yang membuat usaha kain tenun di Kelurahan Bandar Kidul lebih bertahan dibanding industri serupa di Nusa Tenggara Timur. Selain perbedaan benang dan teknik mengikat, perajin tenun di propinsi itu lebih menyukai membuat syal, jok kursi, taplak, gorden, dan jas. Hal ini dinilai Rokayah menjadi kelemahan karena barang-barang itu sangat jarang dipergunakan masyarakat. “Jatuhnya hanya menjadi souvenir yang dibeli turis,” kata Rokayah.

Nasib Rokayah makin membaik setelah Walikota Kediri Abdullah Abu Bakar melalui SK Walikota menerbitkan aturan pemakaian batik tenun Bandar Kidul sebagai seragam wajib PNS di Hari Kamis. “Kebetulan permintaan itu dipercayakan kepada saya,” kata Rokayah yang memberi label Medali Emas pada produknya.

Kini produksi tenun ikat Bandar Kidul benar-benar menjadi ikon Kota Kediri di pasar tenun tanah air. Tak sulit menemukan lokasi kampung ini. Di ujung gang dengan gapura warna ungu terukir tulisan warna emas “Kampung Industri Tenun Ikat Bandar Kidul”. Sepanjang perjalan menyusuri gang akan terlihat deretan papan nama produk tenun ikat warga.

Banyaknya papan nama ini tak seluruhnya milik perajin. Sebagian dari mereka adalah para reseller atau penjual yang tak memproduksi kain sendiri. Beberapa perajin juga hanya mengambil bahan kain untuk digunting menjadi produk pakaian. (*)

 

 

Print Friendly, PDF & EmailCetak ini
Advertisement Banner

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Aturan Pajak Tambang di Blitar Bikin Sopir Truk Meradang

Aturan Pajak Tambang di Blitar Bikin Sopir Truk Meradang

Viral Cikgu Malaysia Ngomel Muridnya Terkontaminasi Bahasa Indonesia

Viral Cikgu Malaysia Ngomel Muridnya Terkontaminasi Bahasa Indonesia

Sengketa 13 Pulau di Trenggalek dan Tulungagung Memanas Lagi

Sengketa 16 Pulau: Nelayan Trenggalek Siapkan Perlawanan Kultural

  • Viral Orang Pelayaran Aniaya Driver Ojol Picu Aksi Solidaritas

    Viral Orang Pelayaran Aniaya Driver Ojol Picu Aksi Solidaritas

    721 shares
    Share 288 Tweet 180
  • Viral Cikgu Malaysia Ngomel Muridnya Terkontaminasi Bahasa Indonesia

    604 shares
    Share 242 Tweet 151
  • Kepemilikan tanah dengan Letter C, Petuk D, dan Girik mulai tahun 2026 tidak berlaku. Mulai urus sekarang juga !

    15389 shares
    Share 6156 Tweet 3847
  • Djarum Grup Akuisisi Bakmi GM, Pendapatannya Bikin Melongo

    16588 shares
    Share 6635 Tweet 4147
  • Pamer Hummer Listrik 4,5 M, “Rahasia” Ketenaran Gus Iqdam Dibongkar Netizen

    10860 shares
    Share 4344 Tweet 2715

 

Bacaini.id adalah media siber yang menyajikan literasi digital bagi masyarakat tentang politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pertahanan keamanan, hiburan, iptek dan religiusitas sebagai sandaran vertikal dan horizontal masyarakat nusantara madani.

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Redaksi
  • Privacy Policy

© 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.

No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL

© 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist


Warning: array_sum() expects parameter 1 to be array, null given in /www/wwwroot/Bacaini/wp-content/plugins/jnews-social-share/class.jnews-social-background-process.php on line 112