Bacani.ID, KEDIRI – Kemarahan para santri dan pengurus pondok di Indonesia kepada TRANS 7 karena menyinggung secara langsung sosok KH Muhammad Anwar Manshur. Sosoknya sangat dihormati sebagai guru dari jutaan santri yang tersebar di seluruh pelosok negeri.
Seberapa besar ketokohan KH Anwar Manshur?
KH Anwar Manshur lahir pada 1 Maret 1938 dari keluarga ulama terpandang. Ayahnya, KH Manshur adalah pendiri Pesantren Tarbiyatunnasyiin Paculgowang, Jombang. Sementara ibunya, Nyai Salamah, merupakan putri KH M Abdul Karim, pendiri Pondok Pesantren Lirboyo.
Dengan latar belakang ini, KH Anwar Manshur tumbuh dalam lingkungan yang sarat nilai keilmuan, kesederhanaan, dan spiritualitas.
Sejak muda ia menempuh pendidikan di berbagai pesantren ternama, termasuk di pesantren ayahnya sendiri, sebelum melanjutkan ke Lirboyo dan memperdalam ilmu agama secara intensif. Karier keulamaannya terus berkembang hingga dipercaya menjadi pengasuh utama Lirboyo.
Kuat Menjaga Tradisi
Sebagai pengasuh utama Lirboyo, KH Anwar Manshur dikenal sebagai figur yang tegas namun penuh kelembutan. Ia memimpin ribuan santri dengan pendekatan tradisional yang tetap relevan di era digital. Di bawah kepemimpinannya, Lirboyo tetap mempertahankan sistem pengajaran kitab kuning, halaqah, dan nilai-nilai akhlak yang menjadi ciri khas pesantren salaf.
KH Anwar Manshur juga aktif dalam berbagai kegiatan keulamaan dan organisasi, termasuk sebagai Rais Syuriah PWNU Jawa Timur. Dalam peran ini, KH Anwar Manshur menjadi jembatan antara pesantren dan masyarakat luas, menyuarakan pentingnya moderasi beragama dan ketahanan budaya Islam Nusantara.
Framming TRANS 7
KH Anwar Manshur menjadi sorotan setelah tayangan program televisi nasional TRANS 7 menarasikan pesantren secara negatif. Tayangan tersebut memicu protes publik dan tagar #BoikotTrans7 di media sosial. Pihak Trans7 pun telah menyampaikan permintaan maaf langsung ke Lirboyo, sebagai bentuk klarifikasi dan silaturahmi.
baca ini Trans7 minta maaf ke Lirboyo pengasuh minta chairul tanjung datang sendiri
Meski demikian, KH Anwar Manshur tetap menunjukkan sikap bijak dan tenang. Ia menegaskan pentingnya menjaga kehormatan ulama dan lembaga pendidikan Islam dari narasi yang tidak proporsional, sekaligus membuka ruang dialog yang konstruktif.
Warisan Keilmuan dan Keteladanan
Di usia senjanya, KH Anwar Manshur tetap aktif membimbing santri dan menjadi rujukan keilmuan bagi banyak kalangan. Warisannya bukan hanya dalam bentuk institusi pesantren, tetapi juga dalam nilai-nilai kesederhanaan, keikhlasan, dan komitmen terhadap pendidikan Islam.
Bagi banyak alumni Lirboyo, KH Anwar Manshur adalah simbol keteguhan, keilmuan, dan kasih sayang seorang guru. Ia bukan hanya pengasuh pesantren, tetapi juga penjaga tradisi dan penuntun moral di tengah zaman yang terus berubah.
Penulis: Hari Tri Wasono