Bacaini.ID, KEDIRI – Ambivert adalah spektrum kepribadian yang berdiri di antara introvert dan ekstrovert: 2 kepribadian yang bertolak belakang.
Masih banyak orang yang kurang mengenal kepribadian ambivert. Pada sisi lain bingung merasa bukan introvert dan bukan murni ekstrovert.
Sementara dalam psikologi modern kepribadian tidak lagi dilihat hitam putih. Kebanyakan orang berdiri di spektrum lebih luas, yang kemudian disebut ambivert.
Baca Juga: Ini 6 Kepribadian Pria Masa Kini, John Wick Tipe Serigala Penyendiri
Spektrum Kepribadian: Bukan Hanya Dua Tipe
Konsep introversi dan ekstroversi pertama kali diperkenalkan oleh Carl Gustav Jung pada tahun 1921.
Introvert cenderung mengarahkan energi ke dalam diri. Mereka menikmati waktu sendiri, berpikir mendalam, dan lebih reflektif.
Ekstrovert sebaliknya, mengarahkan energi keluar. Mereka merasa bersemangat saat bersosialisasi dan aktif dalam interaksi sosial.
Namun Jung juga menekankan bahwa kebanyakan orang tidak sepenuhnya introvert atau ekstrovert.
Di sinilah istilah ambivert muncul: individu yang berada di tengah spektrum, dengan kemampuan beradaptasi sesuai situasi.
Penelitian modern mendukung konsep ini. Studi dari Big Five Personality Model menunjukkan bahwa introversi dan ekstroversi adalah dimensi kontinu, artinya setiap orang memiliki campuran sifat dari keduanya.
Apa Itu Ambivert?
Istilah ambivert semakin populer setelah penelitian Adam Grant, Francesca Gino, dan David Hofmann pada 2011.
Dalam studi yang dipublikasikan di Psychological Science, mereka menemukan bahwa ambivert sering kali lebih unggul di pekerjaan yang membutuhkan komunikasi, seperti penjualan.
Ini terjadi karena mereka memiliki keseimbangan unik, bisa ramah dan persuasif seperti ekstrovert, namun juga pendengar yang baik dan reflektif seperti introvert.
Hasil penelitian ini bahkan menunjukkan bahwa ambivert rata-rata lebih sukses dalam penjualan dibanding ekstrovert murni, yang kadang terlalu dominan dalam percakapan.
Kekinian, dalam bahasa media sosial ambivert seringkali diistilahkan sebagai ‘ontrovert’.
Libido: Energi Hidup dalam Psikologi
Dalam sebuah jurnal psikologi medis yang diterbitkan di Research Gate, penelitian mengenai spektrum kepribadian, menemukan pentingnya libido dalam konteks spektrum introvert-ambivert-ekstrovert.
Teori awal Freud dan Jung, libido diartikan sebagai energi kehidupan, bukan hanya dorongan seksual.
Energi ini bisa mengalir ke dalam atau ke luar, memengaruhi cara seseorang berinteraksi.
Jika energi lebih banyak mengalir ke dalam, seseorang cenderung introvert. Jika energi mengalir ke luar, orang tersebut lebih ekstrovert.
Ambivert berada di tengah, memiliki kemampuan untuk mengatur aliran energi sesuai kebutuhan.
Penelitian modern mendukung hal ini. Orang yang mampu mengatur energinya lebih fleksibel dalam menghadapi tantangan hidup, sehingga tidak mudah stres dan memiliki mekanisme pertahanan diri yang lebih matang.
Tip Memahami Diri Sendiri dalam Spektrum Kepribadian
Mengetahui posisi diri sendiri dalam spektrum introvert-ekstrovert bukan sekadar label.
Ini bisa membantu seseorang memahami cara terbaik untuk beradaptasi, baik dalam pekerjaan maupun hubungan sosial.
Beberapa tip mengenali spektrum kepribadian diri sendiri berdasarkan penelitian:
• Kenali sumber energi diri
Jika mereka lebih segar setelah bertemu banyak orang, tanda ekstrovert. Namun jika butuh waktu sendiri untuk mengisi ulang energi, tanda introvert.
• Perhatikan konteks
Ambivert sering kali berubah sesuai situasi. Bisa jadi seseorang menjadi pendiam di lingkungan baru, namun aktif saat bersama teman dekat.
• Kembangkan sisi yang kurang dominan
Menurut Jung, seseorang bisa melatih sisi kepribadian yang berlawanan lewat latihan mental dan kesadaran diri.
Ini membantu lebih fleksibel menghadapi situasi berbeda.
Tidak Ada yang Lebih Baik, yang Penting Seimbang
Introvert, ekstrovert, dan ambivert masing-masing memiliki kekuatan dan tantangan. Tidak ada yang lebih baik dari yang lain.
Yang terpenting adalah memahami diri sendiri, sehingga bisa mengatur energi dengan bijak dan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.
Seperti kata Carl Jung, ‘Siapa yang melihat ke luar, bermimpi. Siapa yang melihat ke dalam, terbangun’.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif