Bacaini.id, KEDIRI – Pemerintah Kota Kediri menggelar Rembuk Stunting tingkat kota Tahun 2024, Senin (26/2). Survey Studi Gizi Indonesia menyebut tingkat stunting Kota Kediri tahun 2022 sebesar 14,30 persen.
Sekretaris Daerah Kota Kediri, Bagus Alit mengatakan kondisi stunting di Kota Kediri menurut data Survey Studi Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2022 sebesar 14,30 persen. Masih di atas target nasional untuk menurunkan angka stunting tahun 2024 sebesar 14 persen.
Namun demikian, data elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat (e-PPGBM) terjadi tren penurunan angka stunting di Kota Kediri. Dimana pada tahun 2022, terdapat sebanyak 941 balita stunting. Selanjutnya pada bulan September tahun 2023 turun menjadi 860 balita.
Angka ini kembali turun pada bulan Desember tahun 2023 menjadi 771 balita. “Jadi total keseluruhan pada tahun 2023 ada penurunan sebanyak 170 balita,” kata Bagus Alit.
Ada 10 prioritas kelurahan yang menjadi lokus stunting dan perlu dilakukan intervensi. Kriteria itu terdiri dari; memiliki jumlah keluarga berisiko stunting melebihi rata-rata, memiliki prevalensi stunting melebihi rata-rata, memiliki jumlah kasus stunting melebihi rata-rata, serta memiliki lebih dari 50% indikator esensial menunjukkan cakupan intervensi gizi tergolong kurang.
“Sepuluh kelurahan tersebut adalah Kelurahan Betet, Banaran, Pesantren, Gayam, Blabak, Banjarmlati, Ngletih, Rejomulyo, Manisrenggo dan Mrican. Untuk yang tidak masuk prioritas bukan berarti tidak diperhatikan, semua yang ada status stunting tetap akan ditangani namun yang sepuluh kelurahan ini perlu mendapat perhatian secara khusus,” tuturnya.
Pemkot Kediri telah membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) mulai dari tingkat kota, kecamatan hingga kelurahan. Bagus juga mengapresiasi TPPS Kota Kediri yang mendapat peringkat kedua penilaian kinerja terbaik se-Jawa Timur pada tahun 2023.





