Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Empat pantai di Tulungagung ditetapkan sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) oleh Gubernur Jawa Timur. Selain Pantai Sanggar, Ngalur dan Patok Gebang, juga Pantai Jung Pakis atau Galur Pakis.
Ditetapkannya Pantai Galur Pakis sebagai KEE bertujuan untuk menjaga ekosistem penyu yang ada di Tulungagung. Mengingat, hanya empat pantai itulah yang hingga saat ini masih menjadi lokasi pendaratan penyu untuk bertelur setiap tahunnya.
“Memang di Tulungagung terdapat pantai yang sering menjadi lokasi pendaratan penyu untuk bertelur. Lokasinya di Pantai Patok Gebang,” ujar Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tulungagung, Makrus Manan kepada Bacaini.id, Selasa, 3 Januari 2023.
Menurutnya, untuk menjaga eksosistem Pantai Patok Gebang tentu harus menjaga ekosistem pantai di sekitarnya seperti Pantai Sanggar, Ngalur dan Jung Pakis. Oleh karena itu, pada 2020 lalu pihaknya mengusulkan kepada Gubernur Jatim untuk menjadikan Galur Pakis menjadi KEE.
“Proses penetapan Galur Pakis menjadi KEE membutuhkan waktu cukup lama. Kami sudah mengusulkan sejak 2020 dan SK-nya baru keluar akhir 2022 kemarin,” terangnya.
Makrus menjelaskan, dengan keluarnya SK KEE Galur Pakis, otomatis kawasan tersebut menjadi perhatian khusus untuk kepentingan pelestarian penyu di Tulungagung. Meskipun tempat tersebut masih bisa digunakan sebagai wisata konservasi secara terbatas.
“Meski tujuan awal untuk menjaga ekosistem penyu, luasan KEE Galur Pakis mencapai 260 hektare ini mencangkup ekosistem laut, pantai dan kawasan hutan. Jadi bisa menjaga ekosistem fauna juga,” jelasnya.
Menurut Makrus, dalam satu tahun, belum tentu setiap bulannya ada penyu mendarat untuk bertelur. Biasanya penyu akan mendarat pada periode Juli hinga September saja. Sementara jenis penyu yang sering didapati adalah jenis penyu hijau.
“Dulu saya pernah mendapatkan laporan, dalam setiap periode bertelur kurang lebih ada 20 ekor penyu yang mendarat. Hal ini menunjukan wilayah KEE Galur Pakis masih alami dan terjaga, sehingga penyu nyaman betelur di sana,” ungkapnya.
Disebutkannya, penyu yang masih muda biasanya bisa bertelur hingga 50 butir, sedangkan penyu yang sudah tua dapat bertelur hingga lebih dari 100 butir dalam waktu satu kali bertelur. Rata-rata keberhasilan menetaskan telur penyu bisa mencapai 90 persen.
“Tapi untuk kelangsungan hidup hanya sekitar 10 persen, karena ketika tukik (anak penyu) dilepas ke laut, pasti banyak predator yang mengancam,” tandasnya.
Diketahui, sejak tahun 2015 masyarakat di sekitar KEE Galur Pakis telah membentuk kelompok yang bergerak dalam pelestarian penyu. Sejak saat itu pula mereka berhasil menetaskan telur-telur penyu hingga mengantarkan tukik hidup bebas di laut. Dengan ditetapkannya Galur Pakis sebagai KEE, pemerintah tentu juga akan ikut serta melestarikan penyu.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira