Bacaini.id, KEDIRI – Pondok Pesantren Lirboyo adalah pondok sepuh yang berdiri sejak tahun 1910. Pesantren ini terus berkembang dari era kepemimpinan Kiai Abdul Karim hingga sekarang, dengan jumlah santri mencapai puluhan ribu orang.
Selain cerita yang berkembang dari mulut ke mulut, perjalanan pondok pesantren ini juga terlihat dari sisa bangunan lama yang berusia lebih dari satu abad. Meski mulai usang, bangunan itu menjadi saksi perjuangan Kiai Haji Abdul Karim dalam merintis pondok pesantren Lirboyo.
Kiai Haji Oing Abdul Muid Shohib, salah satu pengasuh Lirboyo menceritakan awal mula berdirinya pondoi ini. Berawal dari Kiai Sholeh Banjarmlati yang mendapat menantu Kiai Haji Abdul Karim atau Mbah Manab yang berasal dari Ponpes Tebu Ireng, kisah pondok pesantren Lirboyo dimulai.
“Mbah Manab diboyong ke Kediri dan bermukim di sini, tepat di Ponpes Lirboyo berdiri sekarang ini,” terang Gus Muid, kepada Bacaini.id, Kamis, 29 April 2021.
Kawasan ini dipilih menjadi tempat berdirinya pesantren karena dianggap wingit, baik para begal maupun jin jahat. Di tempat ini Kiai Abdul Karim membuka lahan dan mendirikan rumah, hingga berkembang menjadi sekarang ini.
baca ini Kisah Gus Maksum Pendekar Rambut Api Dari Lirboyo
Jejak perjalanan Kiai Abdul Karim ini bisa dilihat dari beberapa sisa bangunan yang masih ada. Salah satunya adalah Bedug di Masjid Lawang Songo Pondok Pesantren Lirboyo. Beduk tersebut menjadi sejarah paling dekat dengan berdirinya Masjid Lawang Songo, dan menjadi beduk pertama kali.
“Bangunan pertama yang dibangun di pesantren ini adalah langgar atau mushola. Dan beduk itu ada sejak langgar itu berdiri. Jadi usianya sudah ratusan tahun, sudah rapuh. Kita simpan sebagai peninggalan kiai sepuh,” jelas Gus Muid.
Masjid Lawang Songo merupakan tempat Kiai Haji Abdul Karim mengajar para santrinya. Sebab jaman dulu belum ada sekolah, sehingga semua kegiatan belajar para santri dilakukan di Masjid Lawang Songo.
Masjid ini dibangun secara sederhana dari anyaman bambu. Bahkan pernah hancur terkoyak angin saat terjadi beliung. Pengurus pondok membangunnya kembali dengan konsep sembilan pintu hingga disebut Masjid Lawang Songo.
“Pembangunannya terinspirasi dari bangunan Daulah Fathimiyah di Turki yang juga memiliki sembilan pintu. Lawang Songo sendiri sebagai tanda perjuangan Wali Songo sebagai perintis pendidikan pondok pesantren yang harus diteladani para santri sampai kapanpun,” kata Gus Muid.
Beberapa santri mengaku pernah mengalami hal mistis di sini. Seperti mendengar suara ramai orang mengaji di saat masjid sedang sepi. Namun Gus Muid menganggapnya sebagai hal wajar. “Masjid sebagai tempat ibadah pasti memiliki aura tersendiri. Tempat baik itu biasanya dihuni malaikat dan juga makhluk ghaib,” imbuhnya.
baca ini Heboh Penampakan Hantu di Balai Kota Kediri
Selain itu Masjid Lawang Songo, terdapat pula bangunan menyerupai pintu yang dikenal dengan sebutan ‘pintu pendidikan’. Gus Muid mengatakan pintu pendidikan itu dulu merupakan salah satu pintu yang digunakan Kiai Abdul Karim untuk keluar masuk dari rumah menuju masjid.
Pintu itu jaraknya paling dekat dengan kediaman Kiai Abdul Karim sehingga lebih sering dilewati saat akan melakukan ibadah di masjid. Sampai saat ini bangunan lama itu masih berdiri dengan bentuk aslinya.
“Bangunan lama tetap kami lestarikan menjadi saksi sejarah. Sekaligus untuk memberikan motivasi lebih bagi santri yang melihatnya, bahwa dulu para kiai sepuh sangat istiqomah ngaji bersama santri, dan mendoakan para santrinya kelak menjadi orang besar,” terang Gus Muid.
Di bagian utara Masjid Lawang Songo juga terdapat sebuah sumur tua yang dianggap memiliki air berkhasiat. Soal ini Gus Muid tak menepisnya. Namun dia meluruskan sejarah yang terjadi dengan sumur itu.
Jaman dulu, banyak orang yang meminta air yang didoakan oleh Kiai Abdul Karim. Doa kiai sepuh dianggap mustajab oleh masyarakat dan santri.
“Karena banyak yang meminta doa, Mbah Manab mengambil air zam-zam dan memberinya doa. Selanjutnya air itu dituangkan ke dalam sumur. Jadi kalau ada yang minta doa dan air, langsung bisa mengambil dari sumur itu,” kata Gus Muid.
Sedangkan soal sejarah kuburan Dempul yang berada di sebelah utara pondok, Gus Muid dengan tegas mengatakan sebagai hunian para jin. Meski sering dikaitkan dengan pondok, Gus Muid meyakinkan jika kuburanitu bukan bagian dari pondok. Hanya letaknya saja tidak jauh dari area ponpes.
baca ini Kuburan Dempul Lirboyo Tempat Perjanjian Mbah Sholeh Dengan Jin
Gus Muid tidak menepis keangkeran kuburan Dempul seperti yang terkenal dan beredar luas di masyarakat. Karena menurut cerita, pondok pesantren Lirboyo sendiri berdiri di atas tanah angker.
“Agar tak menggangu para santri, Kiai Sholeh (ayah Kiai Abdul Karim) memindahkan makhluk-makhluk ghaib dari pesantren ke kuburan Dempul,” ucapnya.
Konon saat Kiai Sholeh memindahkan makhluk ghaib ke kuburan Dempul, warga sekitar tidak bisa tidur dalam waktu berminggu-minggu. Mereka merasa mendengar suara gemuruh yang amat keras tanpa tahu dari mana asalnya.
“Dulu setiap hari Selasa, Mbah Manab (Kiai Abdul Karim) berkunjung ke Dempul. Sebagian makhluk dari dunia lain yang menghuni kuburan Dempul minta diajarkan mengaji,” ungkapnya.
Angkernya kuburan Dempul ini sudah tidak asing bagi santri Lirboyo dan masyarakat. Ditambah lagi penggunaan kuburan Dempul yang hingga saat menjadi tempat pemakaman orang-orang yang tidak jelas asal usulnya.
“Biasanya ditulis mister X, jadi ya memang angker. Santri juga tidak ada yang berani ke sana,” pungkasnya.
Penulis: Novira Kharisma
Editor: HTW
Tonton video: