Bacaini.ID – Pengumuman hasil survei LSI Denny JA untuk Pilkada Kabupaten Blitar 2024 ibarat dentuman meriam untuk Calon Bupati Blitar Rini Syarifah atau Mak Rini.
Kalaupun tidak sampai bikin copot jantung, gelegar itu cukup membuat kelabakan para loyalis dan pendukung, termasuk para kader partai pengusung.
“Jujur memang cukup mengejutkan kami,” tutur salah seorang pendukung Mak Rini di tingkat akar rumput.
Pasangan Mak Rini-Abdul Ghoni diketahui diusung oleh PKB, Gerindra, Golkar, Demokrat, PPP, PKS dan PSI. Sedangkan pasangan Rijanto-Beky Herdihansah diusung koalisi PDIP, PAN dan Nasdem.
Sesuai survei LSI pada 7-12 Oktober 2024, elektabilitas atau tingkat keterpilihan Mak Rini disebut kalah jauh ketimbang Cabup Rijanto.
Elektabilitas Mak Rini dikatakan hanya sebesar 27 %, sedangkan Cabup Rijanto 55 %.
Survei diketahui memakai metodologi multi stage random sampling dengan margin of error kurang lebih 4,8%, dengan wawancara tatap muka kepada 440 responden.
Yang belum bisa dipercaya para pendukung Mak Rini, jagonya merupakan cabup petahana.
Secara popularitas tentu lebih unggul ketimbang Rijanto, meski Rijanto juga pernah menjabat sebagai Bupati Blitar yang pada Pilkada 2020 dikalahkan Mak Rini.
Pada sisi lain, di akhir jabatannya, Mak Rini sudah berusaha menambal segala kekurangan di awal pemerintahan: lemah dalam leadership, kurang komunikatif dan terkesan menghindari media massa.
Melalui program-program pemkab Blitar, Mak Rini tidak kurang-kurang mendekatkan diri kepada masyarakat: Setiap hari media mainstream dihiasi berita keberhasilan Mak Rini.
Namun hasil survei menyebut elektabilitas Mak Rini masih kalah jauh dengan Rijanto. LSI juga menyebut faktor mubaligh Gus Iqdam berpengaruh besar atas unggulnya Rijanto-Beky.
Yang tak kalah mengejutkan dan itu di luar dugaan, reaksi pertama-tama atas diumumkannya hasil survei LSI justru datang dari KPU Kabupaten Blitar.
Ketua KPU Kabupaten Blitar menghimbau masyarakat untuk berhati-hati dengan lembaga survei. LSI juga disebut belum terdaftar di KPU Kabupaten Blitar.
Terbaca jelas, arahnya adalah meragukan kredibilitas lembaga survei LSI Denny JA yang diketahui rutin dipakai acuan dalam perhelatan Pilpres.
Akibatnya muncul opini di publik soal netralitas: Ketua KPU Kabupaten Blitar berdiri di tengah atau memang berat sebelah?.
Reaksi lebih rasional menanggapi survei justru dari PKB Kabupaten Blitar. Sekretaris DPC PKB Kabupaten Blitar menyebut, survei hanya melibatkan 440 responden.
Angka statistik yang diperoleh belum mencerminkan jumlah pemilih di Kabupaten Blitar secara keseluruhan. Pernyataan itu diketahui cukup ampuh meredam kepanikan.
Survei Terlalu Dini Dirilis
Survei LSI Denny JA diketahui dirilis pada 18 Oktober 2024. Sementara pemungutan suara masih akan berlangsung 27 November 2024.
Dalam konsep strategi perang, banyak pihak menyebut peluncuran hasil survei itu terlalu dini, yang itu justru memberi waktu Mak Rini-Ghoni berbenah.
Tentu ini akan berbeda ketika hasil survei dilepas ke publik pada H-7 atau H-3 pemungutan suara. Dentuman meriam akan bisa berakibat mematikan.
Hal itu yang sejak awal mendorong Argo Wahyu Jati Kusumo juru bicara Tim Rijanto-Beky mewanti-wanti bahwa perjuangan masih panjang.
“Alhamdulillah, ini menjadi penyemangat untuk bekerja lebih keras lagi demi Kabupaten Blitar lebih baik. Tugas kita saat ini adalah menjaga hingga hari H pemungutan suara. Sebab kompetisi masih berjalan,” kata Argo pada 18 Oktober 2024.
Dalam konsep pertaruhan, keberuntungan tengah berpihak kepada Mak Rini-Ghoni. Mereka masih ada waktu untuk mengejar ketertinggalan.
Dari pantauan di lapangan, Tim Mak Rini-Ghoni tengah melakukan akselerasi politik yang itu terlihat dalam 1-2 minggu terakhir ini.
Meski bukan pertemuan eksklusif, karena informasinya ada 70 kepala daerah. Pertemuan Mak Rini-Ghoni dengan Presiden Indonesia ke-7 Joko Widodo (Jokowi) di Solo, adalah salah satu akselerasi politik dalam rangka mengejar ketertinggalan.
Endorsement Jokowi diharapkan akan menambal kekurangan elektabilitas. Bagaimanapun pengaruh Jokowi di tingkat akar rumput masih besar, termasuk di Kabupaten Blitar.
Untungnya bagi Rijanto-Beky, tim kampanye Mak Rini kurang maksimal mengapitalisasi pertemuan di Solo itu sebagai isu yang besar dan viral.
Gerakan tim pemenangan Mak Rini-Beky juga terlihat jauh lebih offensif dan massif pasca rilis hasil survei LSI menyebut kalah jauh dari Rijanto-Beky.
Yang terbaru, tim hukum Mak Rini-Ghoni menyoal penggunaan kaus militer oleh cawabup Beky Herdihansah. Naga-naganya bantuan beras yang dilakukan Beky terhadap korban bencana alam di Gandusari, juga akan dipersoalkan.
Sebelum itu muncul isu E-Sport yang membenturkan antara Cabup Rijanto dengan Ketua KONI Kabupaten Blitar, yang sedikit banyak berimbas di kalangan Gen Z dan milenial.
Kemudian masalah perusakan alat peraga kampanye (APK) Mak Rini-Ghoni dengan pelaku yang ditangkap di wilayah Kecamatan Udanawu.
Lagi-lagi Rijanto-Beky beruntung. Tim kampanye Mak Rini-Ghoni kembali kurang bisa menggarap peristiwa itu sebagai isu yang besar dan viral.
Yang menarik lagi, gerakan Tim Mak Rini-Ghoni memiliki kelebihan tidak mudah dibaca. Dalam perang politik menjadi modal pertempuran.
Sejauh ini mereka mempertahankan model gerakan klandestin, sunyi, senyap yang biasa dikenal sebagai gerakan polo pendem atau gorong-gorong.
Ini berbeda dengan gerakan Tim Rijanto-Beky yang lebih mudah diamati. Setidaknya dapat dibaca dari kebiasaan beberapa orang di circle dalam yang gemar show of (pamer) di media sosial.
Gerakan tim Rijanto-Beky terlihat lebih banyak fokus pada pengumpulan massa yang berbentuk majelis pengajian, di mana sulit ditakar dalam pendulangan suara.
Melihat perubahan akselerasi politik kubu Rini-Ghoni yang berubah massif dan offensif, dan Rijanto-Beky tetap bertahan dengan pengumpulan massa.
Apakah elektabilitas 55 % dapat bertahan hingga pemungutan suara 27 November 2024 atau situasi justru berbalik?.
Penulis: Solichan Arif