Bacaini.ID, KEDIRI – Monumen Simpang Lima Gumul (SLG) bukan hanya ikon arsitektur modern Kabupaten Kediri, tetapi juga menyimpan narasi budaya yang kuat melalui relief-relief yang menghiasi dindingnya.
Seorang mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta bernama Wisnu Ajitama melakukan penelitian terhadap relief tersebut. Ia mengungkap jika relief tersebut memuat pesan-pesan historis dan sosial yang membentuk identitas kolektif masyarakat Kediri.
Relief yang mengelilingi empat sisi monumen menggambarkan berbagai aspek kehidupan, mulai dari kejayaan Kerajaan Kediri, aktivitas pertanian dan perdagangan, hingga kesenian tradisional seperti jaranan dan wayang.
Penelitiannya juga menunjukkan bahwa setiap panel tidak hanya berfungsi sebagai ornamen estetis, tetapi juga sebagai media komunikasi visual yang menyampaikan nilai-nilai lokal.
“Relief ini adalah bentuk narasi visual yang merepresentasikan perjalanan budaya masyarakat Kediri. Ia berfungsi sebagai pengingat sejarah sekaligus penguat identitas,” tulis Wisnu dalam skripsinya.
Penelitian tersebut menggunakan pendekatan semiotika untuk mengkaji makna simbolik dalam relief. Hasilnya menunjukkan bahwa elemen-elemen seperti tokoh kerajaan, alat pertanian, dan motif batik memiliki makna mendalam yang berkaitan dengan nilai kerja keras, kebersamaan, dan spiritualitas.
Analisis membaca bahasa rupa pada relief Monumen Simpang Lima ini dimulai dari relief 2 sampai relief 16. Relief 2 menggambarkan Gemah Ripah Loh Jinawi, Kesuburan Bumi Kediri Bidang Pertanian dan Pengolahan Tanah. Terdapat 14 wimba diantaranya, wimba sawah, wimba gunung, wimba lumbung padi, dan wimba manusia (cangkul, caping, padi, topi sekolah, tas 105 sekolah, buku, keranjang, dan selendang).





