Bacaini.id, MAKASAR – Kasus kekerasan di lingkungan pondok pesantren hingga berujung kematian kembali terjadi. Seorang santri anak-anak tewas dianiaya di dalam pondok.
Kejadian ini terjadi di Pesantren Tahfidzhul Quran Al Imam Ashim Makassar, 20 Februari 2024 lalu. Peristiwa naas ini nyaris tak terungkap jika sebuah akun media sosial X @ryansazyn tidak mengunggahnya.
“Seorang santri dianiaya oleh senior hingga tewas di Pesantren Tahfidzhul Quran Al Imam Ashim, Makassar. Pihak pesantren menutupi kasus tersebut lantaran ayah pelaku seorang polisi. Korban meninggal dunia pada tanggal 20 Februari 2024 setelah dianiaya,” tulis akun tersebut.
Kasat Reskrim Polrestabes Makasar, Kompol Devi Sujana kepada wartawan menegaskan proses hukum terhadap kasus ini telah berjalan. Saat ini berkas perkaranya telah dilimpahkan ke pengadilan untuk menunggu jadwal persidangan.
Informasi yang dihimpun Bacaini.id, peristiwa penganiayaan ini diduga dipicu hal sepele. Korban saat itu hendak bercanda dengan pelaku. Namun di luar dugaan, pelaku yang merupakan anak polisi tersinggung dan langsung melakukan penganiayaan di bagian kepala dan leher.
Penganiayaan secara brutal itu membuat korban tewas bersimbah darah.
Penganiayaan santri
Kasus penganiayaan santri yang terjadi di dalam pondok pesantren seperti puncak gunung es. Jumlah kasus yang terungkap jauh lebih sedikit dibanding fakta di lapangan.
Kejadian serupa baru saja terjadi di Pondok Pesantren PPTQ Al Hanifiyyah di Mojo, Kabupaten Kediri. Seorang santri berusia 15 tahun tewas setelah dianiaya seniornya selama tiga hari berturut-turut. Pihak pondok sempat menutupi penyebab kematian korban dan berdalih korban meninggal akibat terpeleset di kamar mandi.
Selain ancaman kekerasan, santriwati yang mondok juga tak luput dari tindak pelecehan seksual. Terbaru, seorang kyai dan anaknya yang merupakan pengasuh pondok pesantren di Trenggalek kompak mencabuli belasan muridnya.
Aksi bejat bapak anak yang masing-masing berusia 72 tahun dan 37 tahun ini terungkap setelah keluarga korban melapor ke polisi. Dari laporan itu polisi menemukan jumlah santriwati yang dilecehkan mencapai belasan anak.
Penulis: Hari Tri Wasono