Bacaini.id, KEDIRI – Ketersediaan laham makam di Kota Kediri mulai tak bisa mengimbangi laju populasi penduduk. Warga kesulitan mendapatkan lahan pemakaman karena sesaknya areal yang ada.
Sejumlah pengelola makam mulai memperketat aturan menguburkan jenazah di wilayah mereka. Alasannya, makam diprioritaskan untuk warga yang bermukim di wilayah terdekat.
Waki Ketua Komisi C DPRD Kota Kediri, Ashari mengatakan persoalan makam menjadi persoalan hampir seluruh perkotaan di Indonesia. “Banyak warga mengeluhkan kesulitan mencari tempat untuk memakamkan keluarga mereka,” kata Ashari saat melihat kondisi makam di Kelurahan Tinalan, Kecamatan Pesantren kepada Bacaini.id, Rabu, 6 September 2023.
Politisi Partai Demokrat ini mengatakan ada tiga persoalan mendasar yang menyebabkan krisis lahan makam di Kota Kediri.
Pertama, budaya masyarakat yang masih kuat untuk membuat bangunan makam (kijingan), hingga mengurangi areal pemakaman.
Kedua, lahan pemakaman berada di tengah perkampungan, sehingga tidak memungkinkan dilakukan perluasan. Ironisnya, upaya pembukaan lahan makam baru di desa yang sama juga ditentang sebagai pamali. “Masyarakat tidak membolehkan lebih dari satu pemakaman di kampungnya. Ada mitos tertentu yang diyakini,” kata Ashari.
Ketiga, ahli waris menghendaki memakamkan kerabat mereka berdekatan dengan leluhur yang dikubur di sana. Alasannya agar mudah saat berziarah di satu lokasi.
Pemerintah Kota Kediri, menurut Ashari, kurang cakap menyelesaikan persoalan ini. Apalagi ketentuan dari Dinas Perumahan dan Permukiman tentang tata kelola makam tak cukup efektif. “Pemakam akan kita tata. Harus ada terobosan soal ini,” kata Ashari.
Ia mengusulkan agar dilakukan revitalisasi makam yang ada. Semua makam akan diidentifikasi dan diberi batu nisan sesuai nama jenazah.
Bentuk nisan dibuat minimalis dan hanya berada di bagian kepala saja. Ini akan memperluas area makam agar bisa digunakan untuk makam baru.
Selanjutnya seluruh area makam akan ditanami rumput dan tanaman hias untuk menghilangkan kesan angker. Area makam juga seyogyanya dilengkapi prasarana penunjang seperti lampu, toilet, dan gudang. “Kami akan coba lakukan di Kelurahan Tinalan agar menjadi percontohan,” kata Ashari.