Bacaini.id, KEDIRI – Winarko tak lahir cacat. Dia lahir dengan kondisi normal seperti anak-anak lainnya. Hingga suatu saat dirinya menyeberang jalan dengan adiknya dan ditabrak sepeda motor. “Kaki saya masuk rantai motor dan langsung putus,” kata Winarko sambil memegang lutut kirinya.
Petaka itu dialami Winarko saat duduk di bangku sekolah dasar kelas lima. Tak banyak yang bisa diselamatkan dari kakinya selain bagian lutut ke atas. Sejak itu Winarko berjalan menggunakan kruk kayu.
Sebagai anak yang pernah memiliki anggota tubuh lengkap, musibah itu sangat memukulnya. Dalam sekejap dia sudah tak memiliki satu kaki. “Saya betul-betul terpukul,” katanya saat ditemui Bacaini.id, di rumahnya Desa Bangkok, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Rabu, 8 Desember 2021.
Tak hanya ejekan teman-temannya sekolah, Winarko juga hanya bisa memandang mereka bermain sepak bola. Permainan yang dulu dia gemari dan jago memasukkan bola.
Seiring bertambahnya usia, Winarko makin bisa menerima keadaan. Dia mulai terbiasa menggunakan kruk dan bersikap seperti layaknya manusia normal.
Tak ingin menjadi beban keluarga, Winarko melamar bekerja di sebuah tempat pembuatan sikat tak jauh dari rumahnya. Tempat itu mengolah limbah senar untuk dijadikan sikat yang dijual ke berbagai kota. Mayoritas pekerjanya warga desa setempat.
Di awal bekerja Winarko diterima sebagai tenaga pendukung. Tugasnya menyediakan kebutuhan peralatan pekerja, seperti memotong kayu dan senar sebelum diolah oleh pekerja lain menjadi sikat. Tempat itu memproduksi sikat kamar mandi, sikat lantai, hingga sikat botol berukuran kecil.
Keingintahuan Winarko yang besar membuatnya cepat belajar. Dari tenaga suporting naik menjadi perakit sikat hingga mahir. Winarko juga tak malu untuk diikutkan pelatihan keterampilan difabel. “Saya belajar banyak keterampilan saat ikut pelatihan khusus difabel di Solo. Di sana saya juga bertemu istri saya yang sama-sama difabel,” katanya. (bersambung)
Penulis: HTW
Editor: Budi S
Tonton video:
Comments 1