Bacaini.ID, KEDIRI – Tipes atau demam tifoid merupakan jenis penyakit yang seringkali ditemui dalam masyarakat. Penyakit ini sudah ada sejak ribuan tahun lalu.
Dalam catatan sejarah dunia, infeksi serupa ditemukan dalam DNA tulang manusia purba yang berusia 6000 tahun di Kroasia.
Namun kasus tipes pertama yang terkenal dan menggemparkan dunia, terjadi di Amerika Serikat pada awal abad ke-20 dan seorang perempuan bernama Mary Mallon menjadi legenda dunia kesehatan sebagai penyebab menyebarnya tipes hingga menjadi wabah.
Baca Juga:
- Di Mana Negeri Seribu Megalit? Yang Lebih Tua dari Candi Borobudur
- Siapa Charles I? Raja dengan Kepala yang Terpancung di Depan Rakyat
- Apa itu Genosida? Recehnya Nyawa Manusia dari Holocaust Hingga Gaza
Tipes, Penyakit Purba yang Tak Lekang Zaman
Wabah penyakit serupa tipes, pernah terjadi di Athena pada 430 SM. Wabah Athena terjadi selama perang Peloponnesia yang menewaskan sekitar 25% populasi Athena.
Di era modern awal, wabah tipes juga terjadi dan didokumentasikan dengan baik selama Revolusi Industri, era perang dunia dan beberapa negara dengan lingkungan padat dan tidak higienis.
Tipes atau demam tifoid, disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella yang menyerang saluran pencernaan manusia.
Nama bakteri ini didapatkan dari seorang ahli patologi Amerika, Daniel Edward Salmon, walaupun sebenarnya yang menemukan pertama kali bakteri ini adalah rekannya, Theobald Smith.
Bakteri Salmonella ditemukan pertama kali pada tahun 1885 pada tubuh babi.
Penyakit ini telah ada sejak ribuan tahun lalu dengan bukti arkeologis yang menunjukkan bahwa orang-orang kuno sudah mengalaminya.
Namun, jika membicarakan tentang orang pertama yang tercatat secara historis dan paling terkenal terkait tipes, maka Mary Mallon adalah orangnya.
Dikenal sebagai ‘Typhoid Mary’, perempuan juru masak ini bukanlah korban tipes itu sendiri, melainkan pembawa sehat (healthy carrier) pertama yang teridentifikasi.
Mary tidak memiliki gejala apapun yang menunjukkan terjangkit penyakit tersebut, namun dalam tubuhnya tersimpan bakteri yang siap mengancam nyawa orang lain.
Typhoid Mary, Juru Masak Pemicu Wabah Tipes
Mary Mallon lahir pada 23 September 1869 di Cookstown, County Tyrone, Irlandia. Di usia 15 tahun, sekitar 1884, Mary Mallon hijrah ke Amerika Serikat dan tinggal di New York City.
Menjadi imigran miskin, Mary bekerja sebagai pekerja domestik, hingga keahliannya mengolah makanan terutama dessert, menjadikannya koki profesional dan bekerja untuk keluarga-keluarga kaya.
Pada masa itu, tipes sudah menjadi penyakit umum yang menjangkiti penduduk kota-kota besar akibat dari buruknya sanitasi.
Kebersihan bukanlah hal utama di awal abad ke-20, terutama kawasan Eropa dan Amerika. Mencuci tangan dengan air dan sabun belum dikenal.
Bahkan untuk membersihkan diri setelah buang air kecil dan besar, air bukanlah pilihan mereka.
Tingkat kematian tipes bisa mencapai 10-20% tanpa pengobatan, dan penyakit ini menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi feses pembawa bakteri.
Mary Mallon adalah pembawa asimptomatik, tubuhnya menyimpan bakteri di kantong empedu tanpa membuatnya sakit.
Mary sendiri tidak pernah merasa ada yang salah dengannya, namun tangannya yang tidak dicuci dengan baik saat memasak menyebabkan bakteri menyebar melalui makanan hasil olahannya.
Kasus Wabah Tipes Pertama Oleh Mary Mallon
Musim panas tahun 1906, Mary bekerja sebagai koki sementara untuk keluarga bankir kaya, Charles Henry Warren di Oyster Bay, Long Island, New York.
Keluarga bankir ini menyewa sebuah rumah besar untuk ditinggali selama libur musim panas dengan 11 orang yang turut serta.
Hanya dalam beberapa minggu, dari akhir Agustus hingga awal September, enam orang dalam rumah tersebut terjangkit tipes.
Ini adalah kasus tipes pertama yang melibatkan Mary Mallon secara langsung. Namun saat itu, penyebab pasti mengenai wabah yang menyerang keluarga bankir ini belum diketahui.
Investigasi dilakukan oleh George Soper, seorang insinyur sanitasi terkenal. Soper menelusuri riwayat pekerjaan Mary dan menemukan pola mencurigakan.
Dari delapan keluarga sebelumnya yang mempekerjakannya sebagai koki, tujuh di antaranya mengalami wabah tipes. Temuan ini tentu mengejutkan, mengingat Mary sendiri tidak memiliki riwayat kesehatan yang mengkhawatirkan.
Secara keseluruhan, Mary dikaitkan dengan 51 hingga 122 kasus tipes dan setidaknya 3 kematian yang dikonfirmasi, beberapa sumber bahkan memperkirakan hingga 50 kematian.
Di tahun 1907, Soper menemui Mary yang bekerja di Manhattan dan menjelaskan temuannya. Namun Mary menolak keras hasil temuan Soper dan menganggapnya gila hingga Mary mengusirnya dengan menggunakan garpu daging.
Mendapatkan penolakan brutal dari Mary, Soper melibatkan polisi dan dokter untuk mengambil sampel feses, urine, dan darah Mary untuk membuktikan adanya bakteri Salmonella typhi pada tubuh Mary Mallon.
Pada akhirnya terbukti, Mary Mallon menjadi pembawa sehat pertama yang diidentifikasi dan diisolasi secara paksa di AS.
Di tahun yang sama, otoritas kesehatan New York mengirim Mary Mallon ke Riverside Hospital di Pulau North Brother untuk karantina.
Mary dibebaskan pada 1910 dengan perjanjian tidak lagi bekerja sebagai koki.
Akhir Hidup ‘Thypoid Mary’, Isolasi Sampai Mati
Karantina selama tiga tahun ternyata tidak menyuruh hasrat Mary Mallon menjadi juru masak. Janji untuk tidak lagi menjadi koki ia langgar.
Mary menggunakan nama samaran ‘Mary Brown’ dan ‘Breshof’ agar kembali bisa bekerja sebagai koki.
Di tahun 1915, dia menjadi sumber dari wabah tipes yang kali ini terjadi di Rumah Sakit Sloane Maternity dan menginfeksi 25 orang.
Karena sikapnya yang tetap ‘bandel’ ini, akhirnya Mary diisolasi kembali hingga meninggal pada 11 November 1938 akibat pneumonia, di usia 69 tahun.
Otopsi menunjukkan bakteri masih hidup di kantong empedunya. Kasus Mary menimbulkan kontroversi besar di masa itu.
Isolasi seumur hidup untuk seseorang yang sehat, dipertanyakan dan dianggap tidak adil.
Kasus ‘Thypoid Mary’ inilah yang mendorong kemajuan dalam vaksinasi untuk antisipasi penyebaran penyakit melalui ‘pembawa tak terlihat’ seperti Mary Mallon.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif





