Bacaini.ID, KEDIRI – Setiap orang punya energi feminin maupun maskulin dalam dirinya. Energi-energi ini bekerja dalam polaritas yang saling tarik menarik.
Karenanya belajar mengelola energi untuk menghadapi situasi apapun jadi pelajaran penting di sepanjang hidup.
Dalam sebuah hubungan pernikahan, dua energi yang datang dari dua orang -suami dan istri-,akan saling bertemu dan bekerja sama untuk menciptakan keseimbangan atau harmoni.
Akhir-akhir ini di sosial media, marak perempuan yang berminat mempelajari energi feminin. Kenapa demikian? Hal itu dipicu kondisi perempuan masa kini yang kian mandiri.
Banyak perempuan dalam hal penghasilan melampaui suaminya, dan bahkan tidak sedikit yang jadi tulang punggung keluarga.
Hal itu memicu masalah baru dalam keluarga lantaran perempuan berubah superior, merasa tidak butuh lagi laki-laki karena merasa sanggup berdiri sendiri.
Imbas laki-laki merasa tidak dibutuhkan akan memunculkan sikap cuek, percaya pasangannya mampu mengatasi semua masalah. Inilah yang seringkali menjadi pemicu tingginya angka perceraian.
Sebuah energi maskulin yang terlalu dominan baik pada perempuan maupun laki-laki. Dominasi yang memunculkan sikap egois lantaran merasa lebih dari pasangannya.
Energi feminin merujuk pada kualitas emosional seseorang seperti kesabaran, perhatian, welas asih, empati dan lainnya. Sedangkan energi maskulin lebih pada sikap yang tegas, logis, disiplin dan dominan.
Lantas bagaimana cara menumbuhkan energi feminin dalam kehidupan rumah tangga?.
Menghargai Diri Sendiri
Hal utama dan pertama yang harus dilakukan perempuan adalah menghargai diri sendiri.
Tunjukkan bahwa perempuan mampu menyejahterakan diri sendiri baik secara mental maupun materi. Beri penghargaan pada diri dengan berpenampilan baik.
Berperilaku dengan baik di dalam maupun di luar rumah adalah juga bentuk menghargai diri sendiri. Ikuti kelas senam, yoga, atau kegiatan positif lain yang bisa mengembangkan bakat maupun menambah koneksi.
Pergi ke salon untuk melakukan perawatan atau belajar meditasi. Beri ruang untuk diri sendiri merasa “ada”, eksis dan bahagia. Selain itu, bersosialisasi dengan banyak karakter orang akan mengasah kemampuan sosial kita sekaligus melatih kepekaan.
Belajar Menerima dan Meminta Tolong
Perempuan yang terbiasa mandiri cenderung suka berlebihan dalam memberi, terutama untuk keluarganya.
Rasa tanggung jawabnya besar walaupun sebenarnya bukan kewajibannya. Hingga seringkali merasa tidak enak bahkan merasa bersalah atau kepikiran jika diberi sesuatu, dan merasa harus segera membalas pemberian itu.
Jika suami memberi hadiah atau menggunakan uangnya untuk kebutuhan rumah, biarkan saja dan jangan merasa bersalah atau tidak enak. Tunjukkan apresiasi dengan berterima kasih, memberinya pujian. Jangan pernah menolak pemberian dari suami apapun itu.
Selain itu yang harus dipelajari adalah meminta tolong pada pasangan. Jangan biarkan suami merasa tidak ada gunanya karena perempuan sudah bisa melakukan apapun tanpa dia.
Biasakan meminta tolong bahkan untuk urusan kecil. Minta dia antar jemput sekalipun kita bisa menyetir sendiri, atau beri suami tugas pekerjaan rumah tangga.
Bahkan istri juga berhak untuk meminta uang pada suaminya. Bukan berarti merendahkan diri, tapi dengan meminta jatah belanja, perempuan dapat membantu pasangannya menegakkan harga dirinya dan merasa dibutuhkan.
Tentu saja permintaan ini lakukan dengan lembut dan hati-hati. Jangan bersikap seperti bos yang sedang memberi tugas karyawannya.
Perbaiki Sikap dan Ketahui Batasan Nilai
Secara tidak sadar, perempuan yang lebih unggul dari pasangannya secara materi sering menyepelekan peran suami. Pahami bahwa suami adalah sosok maskulin yang harus tetap dijaga maskulinitas-nya.
Peran perempuan dalam keluarga secara natural adalah sebagai ibu. Sosok feminin yang lebih mengedepankan perasaan, empati, dan welas asih. Jalankan peran itu dengan baik sekalipun di tempat kerja memiliki posisi sebagai pemimpin.
Buang sifat toxic seperti menantang suami, berkata kasar, sikap bossy dan lainnya. Alih-alih berdebat adu argumen dengan sikap menantang, berbicaralah secara lembut dan ajak suami berdiskusi menyelesaikan masalah.
Menunjukkan sifat keperempuanan justru akan melemahkan ego suami. Menjaga kehormatan suami dihadapannya secara langsung, akan menumbuhkan koneksi hubungan yang lebih harmonis.
Yang harus dipahami adalah sikap mengalah bukan berarti kalah. Namun itu bisa jadi taktik untuk melanggengkan hubungan dan mendapatkan apa yang perempuan mau secara halus.
Masih banyak energi feminin lain yang bisa kita pelajari untuk keharmonisan rumah tangga.
Dan ini bisa kita teladani dari perempuan-perempuan terdahulu yang bisa kita jadikan inspirasi. Berumah tangga adalah belajar menerima orang lain seumur hidup kita. Jadi, semangat ya!.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif