Bacaini.id, KEDIRI – Sebagai perempuan Indonesia kita tentu saja sudah familiar dengan kebaya. Selain di Jawa, kebaya juga dikenakan di beberapa daerah lain di Indonesia, sebagai busana khas yang dilengkapi dengan wastra seperti jarik atau tenun.
Tak sekedar busana, kebaya yang lahir di abad 15 atau 16 adalah salah satu bentuk budaya dalam adi busana sebagai jati diri perempuan Indonesia yang sarat makna. Tak heran jika banyak sekali simbol, warna, model, ukuran, hingga material yang terdapat dalam kebaya sebagai ciri khas.
Setiap unsur yang ada dalam sehelai kain kebaya melambangkan makna dan pesona perempuan Indonesia. Seperti model kebaya yang sederhana dengan paduan bawahan jarik/kain panjang yang melambangkan sifat dan tampilan perempuan Indonesia yang lemah gemulai.
Kemudian, lilitan kain yang dipakai ketat atau pas di badan, membuat perempuan mau tidak mau harus bergerak dengan lembut dan halus juga penuh kehati-hatian. Maknanya, perempuan haruslah lembut dalam tutur kata, halus dalam bertindak dan juga penuh kehati-hatian atau waspada mawas diri.
Potongan kebaya yang mengikuti bentuk lekuk tubuh/melekat pas di badan juga memiliki makna perempuan harus bisa selalu menyesuaikan diri dengan keadaan juga situasi yang ada juga mandiri. Serta stagen atau ikat pinggang kebaya, menyimbolkan usus yang panjang, dalam filosofi Jawa, bermakna memiliki kesabaran yang tinggi.
Menengok jauh ke belakang tentang sejarah kebaya, beberapa sumber mengatakan terciptanya pakaian ini juga dipengaruhi kedatangan agama Islam di Indonesia. Pengaruh ini membuat pada masa Kerajaan Majapahit, perempuan Indonesia mulai mengenakan pakaian yang lebih sopan dan lebih tertutup daripada jauh sebelumnya yang hanya helaian kain dililit.
Awalnya kebaya yang berasal dari kata Abaya hanya dikenakan oleh keluarga kerajaan, bangsawan dan priyayi. Namun seiring perkembangan zaman, kebaya mulai dikenakan masyarakat umum, mulai kalangan petani hingga pedagang, dengan model lebih sederhana yang hanya dikancingkan oleh jarum atau peniti.
Bersambung ke Kebaya di Tengah Stigma Kampungan
Penulis: Gals Hapsari
Editor: Hari Tri Wasono