Bacaini.id, MALANG – Dedikasi Serka Heri Purnomo, seorang Babinsa di wilayah Desa Taji, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang patut diacungi jempol. Tinggal di sebuah desa di lereng Gunung Bromo, pria berlatar belakang militer itu menjadi tokoh problem solver di desanya.
Berkat Serka Heri, perekonomian warga Desa Taji yang mayoritas petani perlahan mulai terangkat. Sudah sejak lama dia mengajak para petani di desanya untuk beralih komoditas tanam yang semula singkong dan sayur mayur, beralih ke komoditas kopi.
Ajakan Serka Heri bukan tanpa alasan. Inovasi itu sebagai solusi mengatasi masalah longsor yang kerap terjadi di lereng Gunung Bromo. Tanaman kopi sendiri adalah jenis tanaman keras yang dapat mengikat tanah, sekaligus bernilai ekonomis tinggi.
”Hal itu sudah saya lakukan kira-kira sejak tahun 2010 lalu karena banyak hutan di sana dibabat untuk dijadikan kebun sayur atau ubi,” kata Heri kepada Bacaini.id, Kamis, 30 Maret 2023.
Hingga saat ini, pria yang berdinas dalam satuan KODIM 0818/23 Kabupaten Malang-Kota Batu itu masih menggeluti pananaman pohon kopi. Mulai dari lereng ke lereng sampai jumlah lahan yang dihijaukan kini sudah mencapai ratusan hektar.
”Kalau saya saja mungkin hanya tiga hektar, tapi kalau digabung sama warga petani lain ya bisa sampai ratusan hektar. Cuma memang lokasinya terpencar,” ujarnya.
Serka Heri mengisahkan upaya yang ditempuhnya hingga bisa seperti sekarang tidaklah mudah. Perlu tekad dan komitmen tinggi untuk meyakinkan masyarakat agar beralih komoditas tanam. Mulanya, banyak warga tidak percaya jika kopi punya nilai ekonomi tinggi.
Hingga akhirnya, Serka Heri memulai menanam sendiri di lahan seluas seperempat hektar milik Perhutani. Seiring berjalannya waktu, tersisa 10 warga yang mengikuti langkahnya. Sampai pada sekitar tahun 2016 usaha mereka sukses menuai hasil.
Usai panen, Serka Heri kemudian mengembangkan usaha kopi agar pertanian kopi ini bisa berkelanjutan. Di tengah kerja dinasnya, Serka Heri menyempatkan waktu sekedar menyambangi komunitas per’kopi’an untuk mempelajari pengelolaan kopi dari hulu ke hilir.
Jenis kopi yang ditanamnya meliputi arabica dan robusta. Namun menurut Serka Heri, untuk kopi robusta yang dia tanam merupakan jenis Fine Robusta. ”Cita rasanya lebih wangi meski ada pahitnya,” sebutnya.
Sekian lama, usahanya berkembang pesat hingga biji kopi Desa Taji didistribusikan ke seluruh wilayah di Jawa Timur, terutama Surabaya dan Malang. Bahkan Serka Heri mengungkapkan jika biji kopinya mulai dilirik negara lain seperti Asutralia, Belanda juga Arab.
”Sudah ada banyak yang minta ekspor, tapi barang kita tidak mencukupi. Semoga kedepannya bisa melimpah sehingga bisa ekspor,” aku Serka Heri.
Melihat potensi itu, warga akhirnya percaya dan berbondong-bondong mengikuti langkah yang ditempuh Serka Heri dan warga yang sudah lebih dulu beralih komoditas tanam. Sejauh ini, usaha kopi mereka sudah melibatkan 100 orang warga.
”Saya harap, langkah ini bisa mengangkat derajat perekonomian warga Desa Taji juga meluas ke daerah lainnya seperti wilayah Tumpang maupun Poncokusumo,” harap Serka Heri.
Penulis: A.Ulul
Editor: Novira