• Login
  • Register
Bacaini.id
Sunday, September 14, 2025
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
Bacaini.id

Carok, Menjaga Harga Diri Dengan Celurit

ditulis oleh redaksi
22/01/2024
Durasi baca: 2 menit
504 32
0
Carok, Menjaga Harga Diri Dengan Celurit

Ilustrasi carok. Foto:unsplash

Bacaini.id, KEDIRI – Insiden carok yang menewaskan empat orang di Bangkalan Madura masih menjadi perhatian masyarakat luas. Carok diyakini sebagai cara terakhir untuk menjaga harga diri dan keluarga.

Tradisi carok sebenarnya sudah ada sejak zaman kolonial di Pulau Madura. Menurut penelitian yang dilakukan Muniri, mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang diunggah dalam digital library, carok merupakan bentuk perlawanan masyarakat atas ketidakadilan yang dilakukan penguasa kolonial.  

“(ketika) Para penguasa tidak berhasil memberikan keadilan kepada masyarakat Madura, masyarakat memilih sendiri jalan untuk keadilannya,” tulis Muniri dalam skripsinya.

Carok merupakan media kultural bagi pelaku yang telah berhasil mengalahkan musuhnya untuk memperoleh predikat sebagai seorang jagoan (blater). Jika ia telah berpengalaman membunuh, maka predikat sebagai blater menjadi semakin tegas.

Penggunaan celurit sebagai senjata saat carok sebenarnya tidak terjadi sejak dulu. Di zaman pemerintahan Cakraningrat I atau Raden Prasena yang menjadi Adipati Madura, pertikaian antar lelaki dilakukan dengan pedang atau keris. Saat itu istilah carok belum lahir.

Carok muncul di abad 18 pada saat penjajahan Belanda, dimana penggunaan celurit sebagai senjata dipopulerkan oleh Pak Sakera, seorang penjaga kebun yang melakukan perlawanan. Celurit itu dipergunakan sebagai peralatan kerja di kebun.  

Celurit bagi Pak Sakera merupakan simbol perlawanan rakyat jelata di masa Kolonial Belanda. Namun seiring perjalanan waktu, pemicu carok mulai bervariasi. Paling banyak dipicu masalah harta, tahta, wanita, dendam, hingga konflik turun temurun.

Insiden carok makin menjadi karena hasutan Belanda. Warga Madura kerap diadu dengan golongan blater yang menjadi kaki tangan penjajah.

Kenyataan ini sebenarnya merupakan sisi hitam dari kebudayaan Madura. Sebab orang Madura juga memiliki nilai-nilai budaya yang erat dengan ajaran agama yang cinta damai.

Penulis: Hari Tri Wasono

Print Friendly, PDF & EmailCetak ini
Tags: carokmadura
Advertisement Banner

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Skandal Kuota Haji, Merampas Hak Beribadah dan Manipulasi Kepada Tuhan

Skandal Kuota Haji, Merampas Hak Beribadah dan Manipulasi Kepada Tuhan

Nepal Sukses Pilih Perdana Menteri Melalui e-Voting, Indonesia Habiskan Rp71,3 Triliun

Nepal Sukses Pilih Perdana Menteri Melalui e-Voting, Indonesia Habiskan Rp71,3 Triliun

Wisman Spanyol Singgah ke Jember, Nikmati Wisata Perkebunan hingga Musik Patrol

Wisman Spanyol Singgah ke Jember, Nikmati Wisata Perkebunan hingga Musik Patrol

  • Bisnis kandang peternak ayam di Blitar disorot DPRD

    Bisnis Kandang Ternak Ayam di Blitar Disorot DPRD, Siapa Bekingnya?

    1121 shares
    Share 448 Tweet 280
  • Isu Gratifikasi Membayangi Puncak Hari Jadi Blitar

    2909 shares
    Share 1164 Tweet 727
  • Kepemilikan tanah dengan Letter C, Petuk D, dan Girik mulai tahun 2026 tidak berlaku. Mulai urus sekarang juga !

    15545 shares
    Share 6218 Tweet 3886
  • Djarum Grup Akuisisi Bakmi GM, Pendapatannya Bikin Melongo

    16617 shares
    Share 6647 Tweet 4154
  • Pamer Hummer Listrik 4,5 M, “Rahasia” Ketenaran Gus Iqdam Dibongkar Netizen

    10872 shares
    Share 4349 Tweet 2718

Bacaini.id adalah media siber yang menyajikan literasi digital bagi masyarakat tentang politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pertahanan keamanan, hiburan, iptek dan religiusitas sebagai sandaran vertikal dan horizontal masyarakat nusantara madani.

© 2020 - 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Redaksi
  • Privacy Policy
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL

© 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist