KEDIRI – Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Timur melakukan ekskavasi sebuah bangunan menyerupai patirtan kuno di kaki Gunung Klotok, Kota Kediri. Temuan ini diperkirakan memiliki korelasi secara religi dengan temuan tiga candi sebelumnya berada di atas Bukit Badung.
Arkeolog BPCB, Nugroho Harjo Lukito mengatakan, ekskavasi ini dilakukan karena sumber air petirtaan kuno itu masih ada dan bisa dikembangkan. “Jadi kami lakukan ekskavasi penyelamatan terlebih dahulu,” kata Nugroho pada Bacaini.id, Kamis, 26 Nopember 2020.
Selain bukti adanya sumber air, Nugroho juga menemukan adanya outlet air. Menurut Nugroho yang dimaksud dengan outlet air adalah jalur pendistribusian air dari sumber utama di kanan kiri bangunan yang bermuara di pancuran.
Temuan ini nantinya akan dilanjutkan dalam beberapa tahap. Karena untuk mengetahui keseluruhan struktur tentu butuh waktu yang cukup panjang. Saat ini yang sudah terlihat adalah bentuk strukturnya yang memanjang.
Tahapan lanjutan difokuskan pada tampak depan bangunan. Tujuannya adalah untuk memperjelas pola bangunan. Saat ini tampak depan yang sudah terlihat sekitar 12 meter. Itu belum termasuk di sisi utara yang masih belum terlihat jelas.
“Bangunan ini dibuat dari batu bata yang dibasahi dan direkatkan. Sehingga konstruksinya sangat kuat dan tidak banyak berubah. Bahkan jika ada yang lepas, bentuknya juga masih utuh dan tidak pecah,” katanya.
Saat ini, Nugroho belum bisa memastikan era temuan ini. Untuk periodesasi masa, dikatakannya masih relatif. Tetapi ada indikasi korelasi fungsi dengan temuan tiga candi sebelumnya. Petirtaan sebagai tempat bersuci sebelum melakukan ibadah di atas gunung.
“Kita masih butuh data pendukung yang valid pada periode tertentu. Karena Kediri juga masih dianggap sebagai leluhur Majapahit,” terangnya.
Terkait kelanjutan dan pemanfaatan temuan ini, Pemerintah Kota Kediri masih akan menunggu rekomendasi tim BPCB setelah ekskavasi selesai dilakukan. Pemkot Kediri bertugas memfasilitasi apapun yang diperlukan selama proses ekskavasi.
Kepala Disbudparpora Kota Kediri Nur Muhyar mengatakan, Pemerintah Kediri terus melakukan koordinasi dengan pihak terkait. “Dalam hal ini perhutani sebagai pengelola lahan dan BPCB sebagai tenaga ahli,” ucapnya.
Selain itu, Nur Muhyar juga mengatakan bahwa temuan ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Sehingga, kelanjutannya membutuhkan perencanaan yang matang. Intinya bagaimana kegunaannya nanti bisa bermanfaat bagi masyarakat.
“Untuk kelanjutannya, temuan ini akan digunakan sebagai apa, dan apa saja yang harus dilakukan, kami berpijak pada arahan tenaga ahli BPCB agar lebih efektif,” pungkasnya.
Sementara itu, tahap pertama ekskavasi dengan alokasi waktu 14 hari, BPCB berharap ada temuan data artefak untuk mempermudah identifikasi. (ADV)
Penulis: Novira Kharisma
Editor: Karebet