Bacaini.id, MOJOKERTO – Gua Gembyang menjadi salah satu lokasi yang dikenal dengan kesakralannya serta diselimuti aura mistis yang begitu lekat. Mitos beredar, siapapun yang membuat gaduh di dalam gua akan dibuat hilang kewarasan atau gila.
Terletak di lereng Gunung Welirang dan Gunung Penanggungan, Gua Gambyang berada di ketinggian 600mdpl. Kesakralan gua di kawasan Desa Kuripansari, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto ini memang menjadi daya pikat tersendiri, khususnya bagi para pejalan spiritual.
Gua Gembyang dan Mitos Gila
Sudah menjadi rahasia umum, keberadaan gua selalu dikaitkan dengan tempat melakukan ritual, tempat untuk menyepi, bersemedi atau apapun istilah lainnya. Baru saja memasuki kawasan gua, pengunjung akan langsung merasakan kesakralan berselimut aura mistis.
Konon, Gua Gembyang menyimpan sejarah dan menjadi tempat bertapa seorang raja pada masa lalu. Oleh karenanya, meskipun aura mistis di sana begitu terasa, gua ini tidak pernah sepi pengunjung, termasuk mereka yang melakukan ritual. Namun hal itu dibantah Sabar Supardi.
“Gua ini lebih tepatnya gua buatan manusia. Gua ini milik keluarga saya yang awalnya dibuat untuk tempat berteduh. Gua Gembyang sudah dijaga keluarga saya turun-temurun, saya generasi ke-12 yang sekarang menjaganya,” kata Sabar kepada Bacaini.id, Kamis, 2 Maret 2023.
Meski membantah jika Gua Gembyang menjadi tempat pertapaan rasa masa lalu, Sabar mengakui jika gua ini menjadi sasaran orang yang datang untuk melakukan berbagai ritual dengan berbagai cara serta tujuan tertentu.
“Silahkan saja, semua bebas datang ke sini. Sekedar berkunjung monggo, bakar dupa, bakar kemenyan ya silahkan. Asal tidak buat onar atau kegaduhan,” tegasnya.
Bukan tanpa alasan bagi Sabar yang merasa perlu mengimbau, mengingatkan atau bahkan berpesan khusus kepada siapapun dan apapun tujuan pengunjung yang datang ke Gua Gembyang.
Hal itu, menurut Sabar, terkait dengan kepercayaan dari keluarganya secara turun-temurun dan bahkan sudah menjamur di kalangan warga sekitar. Mereka perrcaya, jika seseorang datang, masuk ke dalam gua untuk perbuatan tidak baik maka akan mendapat ‘hukuman’.
“Saya hanya mengingatkan, jangan membuat gaduh. Dijaga betul-betul, karena kalau buat ramai-ramai tidak jelas, keluar dari gua kalau tidak gila, ya rezekinya seret,” imbuhnya menegaskan.
Sementara pengakuan Sabar jika Gua Gembyang adalah gua buatan milik keluarganya bisa dia buktikan dengan keberadaan tirai putih yang ada di dalam gua. Tirai itu, merupakan pemberian dari kakek buyutnya sebagai penanda agar gua ini tidak disalahgunakan untuk kegiatan sembarangan. Di dalam kawasan gua juga terdapat makam keluarga, tepat di depan bangunan musala.
Sabar bercerita, dia pernah marah kepada pengunjung karena datang melakukan ritual untuk menarik barang gaib. Dia merasa tidak habis pikir karena hal itu dianggap sebagai ritual tidak benar dan tidak seharusnya dilakukan di Gua Gembyang yang sekarang menjadi tanggung jawabnya.
“Pernah ada yang bikin ritual, awalnya saya biarkan. Pas kedua kali, saya marahi. Daripada untuk ritual tidak benar diluar nalar manusia lebih baik kita jaga saja bersama-sama,” ungkapnya.
Di sisi lain dari kesakralan, aura mistis dan mitos yang beredar, Gua Gembyang merupakan salah satu destinasi wisata yang eksotis di Mojokerto. Ada tiga gua di sana, satu gua berukuran besar di bagian tengah merupakan gua inti yang diapit dua gua lebih kecil di sisi kanan kirinya. Nama Gua Gembyang sendiri diambil dari nama Dusun Gembyang, Desa Kuripansari, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.
“Dulu kawasan gua secara administratif masuk dalam kawasan Dusun Gembyang. Gua Gembyang terdapat tiga bagian, yang tengah besar itu gua utama. Untuk gua di sisi kanan itu tembus gua besar sedangkan yang di sisi kiri tidak tembus,” terangnya.
Meskipun sudah puluhan tahun menjaga Gua Gembyang, Sabar tetap kukuh tidak menerima aliran arus listrik dengan alasan untuk tetap menjaga kesakralan Gua Gembyang. Dia pun selalu mengingatkan kepada pengunjung yang datang akan mitos ‘gila’ jika berbuat onar di dalam gua.
Penulis: Fio
Editor: Novira