• Login
  • Register
Bacaini.id
Monday, May 19, 2025
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
Bacaini.id

Beras Bukan Menu Utama Rakyat, Cara Soekarno Atasi Ketahanan Pangan

ditulis oleh Editor
27/05/2024
Durasi baca: 2 menit
523 11
0
Beras Bukan Menu Utama Rakyat, Cara Soekarno Atasi Ketahanan Pangan

Sandi Ali Baba, Cikal Bakal Praktik Suap Menyuap di Indonesia. Foto ilustrasi Soekarno bersama petani (foto/ist)

Bacaini.id, KEDIRI – Harga beras yang melambung masih juga menjadi keluhan masyarakat. Mereka yang pernah tumbuh pada masa pemerintahan sebelumnya, menilai harga beras saat ini tidak lazim.

Seumur-umur, kata mereka, baru kali ini harga beras melambung begitu tinggi. Kenyataannya, kebutuhan beras nasional sejak tahun 2023 telah meningkat hingga 22,64 juta ton.

Peningkatan pada tahun 2023 merupakan rekor tertinggi dalam lima tahun terakhir. Terungkap juga sebanyak 1,6 juta ton beras di antarannya didatangkan dari luar negeri (impor).

Yang perlu diketahui, masalah beras di tanah air bukanlah yang pertama. Pada masa Pemerintahan Presiden Soekarno atau Bung Karno, yakni antara tahun 1964-1965, masalah padi dan beras telah menjadi problematika nasional.

Produksi padi yang dihasilkan kaum tani tidak mampu lagi mencukupi kebutuhan penduduk yang jumlahnya terus bertambah. Pada tahun 1964 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 103 juta jiwa.

Pada tahun 1965 populasi meningkat menjadi 105.450.000 jiwa. Untuk mengatasi persoalan ketahanan pangan, pemerintahan Soekarno memutar akal. Maka dibuatlah terobosan revolusioner.

Pemerintah menghidupkan sekaligus mengampanyekan bahan pangan alternatif. Beras bukan lagi satu-satunya makanan pokok rakyat, tapi ada jagung dan umbi-umbian serta ikan dan daging sebagai pilihan.

“Pemerintah telah mengambil suatu keputusan yang radikal revolusioner, yaitu merubah dari menu rakyat yang beras melulu, menjadi beras, jagung dan umbi-umbian,” demikian dikutip dari buku Masakan Indonesia Mustika Rasa.

Buku Mustika Rasa merupakan kumpulan resep masakan Indonesia warisan Soekarno. Upaya yang ditempuh pemerintah dalam membangun ketahanan pangan tidak berhenti disitu.

Lembaga Tekhnologi Makanan juga dipacu untuk menemukan sekaligus membuat makanan baru dengan bahan-bahan yang banyak dijumpai di Indonesia.

Soekarno berkaca pada negara-negara lain yang mampu mengolah bonggol terate dan rumput laut menjadi makanan rakyat. Sementara bahan pertanian di Indonesia yang bisa diolah menjadi makanan sehat, jumlahnya melimpah.

Pada bulan Mei 1964 pemerintah menggelar Seminar Gizi. Melalui bahan makanan yang melimpah ruah, kebutuhan gizi rakyat setiap tahunnya ditakar. Hasilnya dibuatlah pedoman kebutuhan karbohidrat setiap penduduk per tahun.

Dalam setahun setiap penduduk dihitung membutuhkan 82,1 kilogram beras. Sebagai ganti adalah 45,6 kilogram jagung per tahun yang dinilai setara dengan beras atau umbi-umbian sebanyak 18,3 kilogram. “Produksi bahan makanan harus disesuaikan dengan pedoman menu rakyat”.

Seiring dengan semua itu, pada tahun 1965 Soekarno menargetkan produksi padi bisa mencapai 20,50 juta ton per tahun. Kemudian jagung pipilan sebanyak 6,40 juta ton per tahun dan umbi-umbian basah 15 juta ton per tahun.

Golongan umbi-umbian yang dimaksud di antaranya ubi kayu, ubi jalar, talas, uwi, suweg, garut, ganyong, kentang, dan kentang hitam.

Dalam mengatasi persoalan ketahanan pangan Presiden Soekarno berusaha mewujudkan ekonomi berdiri di atas kaki sendiri (Berdikari), khususnya di bidang pangan.

Penulis: Solichan Arif

Print Friendly, PDF & EmailCetak ini
Tags: beras mahalbung karnoketahanan panganmustika rasasoekarno
Advertisement Banner

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Nelayan di Trenggalek Gelar Upacara Adat Larung Sembonyo

Nelayan di Trenggalek Gelar Upacara Adat Larung Sembonyo

Meme vs Penguasa: Pembungkaman di Ruang Digital

Meme vs Penguasa: Pembungkaman di Ruang Digital

Penting! Perempuan dengan Gejala Menopause Perlu Makanan ini

Penting! Perempuan dengan Gejala Menopause Perlu Makanan ini

  • Kepemilikan tanah dengan Letter C, Petuk D, dan Girik mulai tahun 2026 tidak berlaku. Mulai urus sekarang juga !

    15258 shares
    Share 6103 Tweet 3815
  • Djarum Grup Akuisisi Bakmi GM, Pendapatannya Bikin Melongo

    16569 shares
    Share 6628 Tweet 4142
  • Pamer Hummer Listrik 4,5 M, “Rahasia” Ketenaran Gus Iqdam Dibongkar Netizen

    10853 shares
    Share 4341 Tweet 2713
  • Eks Kapolres Trenggalek Terungkap Bawa Arca Durga ke Bogor

    2794 shares
    Share 1118 Tweet 699
  • Warna Bulu Kucing Ternyata Menunjukkan Wataknya

    4955 shares
    Share 1982 Tweet 1239

 

Bacaini.id adalah media siber yang menyajikan literasi digital bagi masyarakat tentang politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pertahanan keamanan, hiburan, iptek dan religiusitas sebagai sandaran vertikal dan horizontal masyarakat nusantara madani.

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Redaksi
  • Privacy Policy

© 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.

No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL

© 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist