Bacaini.ID, BALI – Apapun transportasinya, usahakan tanggal 27 Maret 2025 sebelum Nyepi sudah tiba di Bali.
Pesan whatsapp itu meluncur dari seorang kawan lama pada Selasa 25 Maret 2025 malam. Pesan datang setelah saya mengabarkan akan menziarahi pulaunya.
Saya tidak segera membalas. Yang saya pikirkan, jika 27 Maret harus sudah menginjakkan kaki di Bali, artinya hanya punya waktu sehari.
Yang jadi masalah hingga mendekati tengah malam, saya belum menentukan akan naik apa, dan pilihannya tinggal dua: travel atau bus malam.
“Kalau tidak tanggal 27, nanti tidak bisa masuk Bali. Sebab pelabuhan penyeberangan Ketapang-Gilimanuk takutnya sudah keburu ditutup,” pesan kedua menyusul.
Ada nada khawatir dari pesannya dan saya buru-buru membalas dan karenanya sedikit typo. “Bentar. Ini masih cari-cari yang pas”.
Pada akhir bulan Maret 2025 diketahui ada dua perayaan hari besar keagamaan: Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Suci Nyepi.
Nyepi dipastikan jatuh pada Sabtu 29 Maret 2025 dengan pra acara yang selalu berlangsung meriah: Melasti dan pawai ogoh-ogoh.
Apalagi di Bali, tempat umat Hindu terbesar di Indonesia, kemeriahan pra Nyepi tentu saja lebih terasa ketimbang daerah lain di Nusantara.
Sementara Hari Raya Suci Nyepi sendiri dirayakan dengan keheningan mendalam. Selama 24 jam umat Hindu menunaikan ritual 4 pantangan.
Tidak bekerja (amati karya), tidak menyalakan api (amati geni), tidak bepergian (amati lelungan), dan tidak bersenang-senang (amati lelanguan).
Khusus di Desa Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem: tidak boleh menggali tanah, tidak boleh berdarah-darah dan tidak boleh memukul logam atau menumbuk padi.
Intinya, seluruh aktivitas duniawi di Pulau Bali mandek jegrek, berhenti total. Toko-toko tutup, lampu-lampu padam selama 24 jam, jalanan lengang.
Seperti pengalaman yang sudah-sudah, pada H-1 Nyepi atau Jumat 28 Maret, mesin-mesin anjungan tunai mandiri (ATM) akan dimatikan secara bertahap.
Pada 29-30 Maret, terhitung pukul 06.00 WIT hingga 06.00 WIT esok harinya (24 jam), bandara internasional I Gusti Ngurah Rai Bali juga ditutup.
“Begitu pula dengan penyeberangan Ketapang-Gilimanuk (Banyuwangi-Bali) juga ditutup 24 jam. Jadi sebelum penutupan sebaiknya sudah di Bali,” datang pesan ketiga.
Beruntung. Pencarian bolak-balik di web-web travel dan agen perjalanan, mendapatkan hasil. Masih ada kursi kosong menuju Kota Denpasar.
Arus Lalu Lintas Lancar
Bus malam dengan tujuan akhir Denpasar itu tiba di pelabuhan Ketapang Banyuwangi Kamis 27 Maret 2025 dini hari.
Meski arus mudik lebaran sudah bergerak, lalu lintas di sepanjang jalan, khususnya Probolinggo, Situbondo, Bondowoso hingga Banyuwangi, relatif lancar.
Di sepanjang perjalanan hujan mengguyur deras. Tidak seperti hari biasa yang selalu ramai antrian kendaraan, pelabuhan Ketapang Banyuwangi terlihat lengang.
Tanpa menunggu waktu lama, bus naik ke atas kapal feri KMP Samudera Utama. Ombak selat Bali bergerak tenang.
Pada Kamis 27 Maret dini hari itu KMP Samudera Utama diketahui hanya mengangkut 3 unit bus, satu truk dan beberapa motor.
“Situasi sepi ini sudah berlangsung sekitar semingguan ini. Akan kembali normal seminggu setelah lebaran,” tutur salah seorang kru kapal.
Yang ramai saat ini, lanjutnya, adalah penumpang dari Gilimanuk ke Ketapang yang sebagian besar adalah pemudik lebaran Idul Fitri.
Benar yang disampaikan kru kapal. Begitu bersandar di dermaga Gilimanuk, terlihat antrian pengendara roda empat dan dua yang mengular panjang.
Informasi yang dihimpun, tercatat 20-26 Maret 2025, jumlah pemudik yang meninggalkan Bali melalui pelabuhan Ketapang-Gilimanuk sebanyak 371.732 penumpang.
Mereka terdiri dari 62.290 sepeda motor dan 28.974 mobil pribadi.
Sementara itu, dari Gilimanuk bus langsung melanjutkan perjalanan ke Denpasar. Pergerakan bus sedikit melambat saat melintasi daerah Jimbaran hingga Negara.
Bus harus mengurangi kecepatan dan sempat berhenti beberapa kali karena adanya arak-arakan kegiatan upacara melasti di pinggir pantai.
Pura Banjar yang berlokasi di dekat jalan juga terlihat ramai. Sejumlah Pecalang tampak membantu mengurai kemacetan lalu lintas.
Informasi yang dihimpun, pada Jumat sore (28/3/2025) nanti, umat Hindu di Bali akan menggelar pawai ogoh-ogoh massal. Harapannya hujan tidak mengguyur.
Setelah itu pada 29 Maret yakni tepat pukul 06.00 WIT hingga 30 Maret pukul 06.00 WIT, umat Hindu akan menunaikan ritual Nyepi.
Dengan bebarengannya mudik lebaran Idul Fitri, Nyepi di Bali akan lebih terasa sepi. “Kalau ingin lihat ogoh-ogoh yang bagus-bagus di Denpasar. Dan semoga tidak hujan,” tutur Ketut warga Ubud.
Penulis: Solichan Arif