Bacaini.ID, KEDIRI – Indonesia dikenal sebagai negara mega-biodiversitas, rumah bagi ribuan spesies endemik yang tak ditemukan di tempat lain.
Namun faktanya banyak jenis satwa berada di ambang kepunahan akibat perusakan habitat, perburuan liar, hingga perubahan iklim.
Berdasarkan data Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN), World Wide Fund for Nature (WW), terdapat 10 satwa yang dinyatakan terancam punah. 4 satwa di antaranya berada di Indonesia.
Berikut 4 satwa endemik Indonesia:
Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
Dengan status Critically Endangered atau sangat terancam punah oleh IUCN, badak jawa tersisa kurang lebih 80 ekor saja.
Badak Jawa hanya ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.
Populasinya sangat terbatas karena perburuan di masa lalu dan habitatnya yang terus tergerus.
Menurut WWF Indonesia dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan atas satwa ini dilakukan secara intensif melalui kamera jebak.
Harimau Sunda
Harimau Sunda, atau dalam bahasa Inggris disebut Sunda Island Tiger, adalah sebutan untuk harimau yang pernah hidup di Kepulauan Sunda.
Termasuk harimau Jawa, harimau Bali, dan harimau Sumatra.
Saat ini hanya harimau Sumatra yang masih ada dan merupakan satu-satunya subspesies harimau yang tersisa dari Kepulauan Sunda.
Hingga kini harimau Sumatera diperkirakan tersisa kurang dari 600 ekor.
Orang utan Tapanuli (Pongo tapanuliensis)
Ditemukan sebagai spesies baru pada 2017, orangutan ini hanya hidup di hutan Batang Toru, Sumatra Utara.
Ancaman utama datang dari proyek pembangunan dan pembukaan lahan. Spesies ini dinyatakan sebagai kera besar paling langka di dunia
Jumlah yang tersisa kurang lebih 800 ekor.
Orang utan Sumatera (Pongo abelii)
Orang utan Sumatera hidup dan endemik di Sumatera dan hidupnya terbatas di bagian utara pulau tersebut.
Di alam, orang utan sumatera bertahan di provinsi Aceh (NAD). Sejak tahun 2002, IUCN telah memberi status krisis pada satwa ini.
Jumlah orangutan Sumatera yang tersisa diperkirakan sekitar 14.470 ekor.
Populasi mereka terus menurun akibat berbagai ancaman, termasuk kehilangan habitat karena konversi lahan untuk perkebunan dan pertambangan, serta perburuan dan perdagangan ilegal.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif