NGANJUK – Banyaknya korban jiwa yang terjadi dalam musibah longsor di Nganjuk diduga akibat kerusakan peralatan early warning system (EWS). Pemerintah Kabupaten Nganjuk membenarkan warga tidak mendengar peringatan itu saat musibah terjadi.
Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nganjuk Nafhan Tohawi mengatakan sebelum longsor terjadi peralatan tanda bahaya (EWS) tidak berfungsi. “(Alatnya) ada tapi kebetulan tidak berfungsi karena ada kerusakan, kita belum cek lagi untuk itu,” kata Nafhan kepada Bacaini.id, Senin 15 Februari 2021.
baca ini Petaka di Hari Valentine 20 Orang Hilang di Nganjuk
Nafhan menegaskan meskipun alarm peringatan bahaya tak berfungsi, namun pemerintah sudah seringkali mengingatkan adanya bahaya longsor yang mengintai. Himbauan dilakukan melalui perangkat desa setempat mengingat lokasi permukiman tersebut berada di kawasan rawan.
Sementara itu terkait masih banyaknya korban yang belum ditemukan, Pemerintah Kabupaten Nganjuk akan terus mencari warganya yang tertimbun longsor. “Kita akan tetap cari nanti selama cuacanya mendukung, karena jika hujan potensi longsor akan kembali ada,” jelas Nafhan.
baca ini Foto Longsor Nganjuk Bikin Merinding
Upaya pencarian ini menggunakan tiga alat berat. Lima korban berhasil ditemukan dengan tiga diantaranya meninggal dunia. Ketiga alat berat tersebut dikerahkan untuk menyingkirkan puing-puing bangunan yang berserakan akibat longsoran tanah di Dusun Selopuro, Desa Ngetos.
“Lima orang sudah kita temukan, tiga diantaranya meninggal dunia,” kata Nafhan. Dua dari lima korban yang ditemukan mengalami luka-luka dan sedang menjalani perawatan. Petugas masih mencari 16 korban yang diduga terjebak dalam material longsor yang terjadi Minggu, 14 Februari 2021.
Reporter: Karebet
Editor: HTW