BLITAR – Pemerintah Kota Blitar segera mengajukan anggaran sekitar Rp 21 miliar pada awal tahun ini ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk membangun sebuah Diorama Perjuangan Bung Karno.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Blitar, Tri Iman Prasetyono mengatakan, rencana pembangunan diorama ini sebenarnya telah digagas sejak 2015 lalu, untuk menyempurnakan branding Kota Blitar sebagai Bumi Bung Karno.
“Rencana itu (pembangunan diorama) sudah sejak 2015. Sampai sekarang belum terlaksana karena keterbatasan anggaran,” kata Tri Iman, Senin, 4 Januari 2021.
Tri mengatakan, Diorama tersebut direncanakan dibangun di Istana Gebang, rumah keluarga Bung Karno yang kini telah dikelola Pemkot Blitar sebagai destinasi wisata kedua setelah Makam Presiden Soekarno (Bung Karno).
Sejak turunnya Soeharto dari kursi kepresidenan pada 1998, Kota Blitar mulai melihat Makam Bung Karno (MBK) yang terletak di Kelurahan Bendogerit itu sebagai aset pariwisata yang berharga.
Era Reformasi 1998 seolah membuka lagi memori rakyat pada salah satu ‘founding father bangsa’ yang pernah menjadi figur paling berpengaruh dan populer di kalangan lapis menengah ke bawah bangsa Indonesia. Dari waktu ke waktu, MBK semakin banyak dikunjungi masyarakat dari berbagai penjuru tanah air.
Berbeda dengan kondisi selama Rezim Orde Baru dimana MBK lebih banyak dikunjungi oleh keluarga besar Soekarno dan ‘generasi tua’ kelompok-kelompok masyarakat berhaluan nasionalis. Selama kurun waktu 32 tahun itu, MBK ‘terkubur’ oleh beban sejarah politik Orde Baru.
Kini, MBK telah berkembang menjadi wisata khusus, wisata reliji dan sejarah, dengan jumlah kunjungan rata-rata 1.000 orang per hari. Sejumlah monumen dan fasilitas pendukung telah dibangun guna mempertegas citra sebagai Bumi Bung Karno. Tak kurang dari 8 patung Sang Proklamator telah dibangun di sejumlah titik di Kota Blitar selama sekitar 20 tahun terakhir.
Di kompleks MBK, pada masa Wali Kota Djarot Saiful Hidayat, didirikan Perpustakaan Nasional Bung Karno hasil kolaborasi dengan Perpustakaan Nasional.
Sebelumnya, Pemkot Blitar membeli rumah keluarga Soekarno di Jl Sultan Agung, Blitar, untuk dijadikan sebagai destinasi tambahan dan juga memenuhi kebutuhan pragmatis memperpanjang lama kunjungan wistawan.
Pemkot Blitar juga sangat antusias mendukung Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan melakukan observasi dan ekskavasi Candi Gedog, candi peninggalan era Majapahit atau bahkan Singhasari, meski Candi dalam kondisi hancur dan terkubur dan diduga pernah beberapa kali menjadi target perusakan oleh masyarakat di masa-masa awal Orde Baru pada 1960an.
Tri mengatakan, pada 2019 keluar Perpres Nomor 80 tentang Percepatan Ekonomi di wilayah Jawa Timur. Di dalamnya, Kota Blitar direncanakan mendapat bantuan anggaran Rp 67 miliar secara bertahap mulai 2021 sampai 2024.
Anggaran itu digunakan untuk penguatan sarana prasarana di kawasan wisata Makam Bung Karno, kawasan Museum Peta, dan Kampung Kreatif.
“Tahun ini, kami mengusulkan anggaran Rp 21 miliar untuk pembangunan diorama perjuangan Bung Karno di Istana Gebang,” ujarnya.
Penulisan : Hasan
Editor : Karebet