Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Tak banyak yang tahu jika di Desa Gedangsewu, Boyolangu, Tulungagung terdapat sebuah masjid kuno dari abad ke-19. Interiornya diambil dari Masjid Agung Al-Munawwar.
Bangunan ini bernama Masjid Al-Muhajirin. Jejak “lawasnya” diketahui dari beberapa tetenger (penanda) yang ada di lokasi imam. Terdapat tiga baris huruf Arab yang menjelaskan sejarah masjid tersebut.
Pemerhati sejarah masjid di Tulungagung, Agus Ali Imron mengatakan, tulisan itu berada di atas tempat imam. Baris pertama tertulis kalimat syahadat, yaitu Laillahaillah Muhammadurrosulullah.
baca ini Jejak Mbah Wasil Pembuka Jalan Syiar Wali Songo
Baris kedua berbunyi ‘Penget tatkala nyeler Kiai Mangun Fuchaha’. ”Setelah ditelusuri, nama Kiai Mangun Fuchaha ini yang mewakafkan tanah Masjid Agung Al-Munawar,” kata Agus kepada Bacaini.id, Kamis, 22 April 2021.
Sedangkan baris ketiga bermakna ‘Ing dino akhad kaping 11 Syawal Tahun 1262 Hijriyah’. Apabila ditarik ke tahun Masehi, menjadi 1847 Masehi. Ini artinya usia bangunan Masjid Al-Muhajirin mencapai 1,5 abad.
Masih menurut Agus Ali Imron, masjid ini mengalami renovasi dengan “menerima” pemindahan interior dari Masjid Agung Al-Munawar. Renovasi yang dilakukan tahun 1990 itu memindahkan sebagian interior masjid alun-alun ke masjid Gedangsewu.
Beberapa interior yang dipindah adalah empat tiang utama dan 12 tiang yang berasal dari kayu jati dengan ukiran yang klasik. Selain itu, tempat imam juga dihiasi ukiran kayu kombinasi warna putih dan biru yang berasal dari Masjid Al-Munawar.
Peninggalan Mataram Islam
Melihat bentuk arsitektur Masjid Al-Muhajirin ini, Ali Imron menduga bangunan ini didesain dengan akulturasi budaya Hindu dan Islam. Ini terlihat darihiasan yang berada di atas mimbar berbentuk Kalamakara. Hiasan serupa kerap dijumpai pada bangunan candi. ”Kalamakara ini melambangkan akulturasi kebudayaan Hindu dan Islam,” kata dia.
Sehingga secara keseluruhan masjid ini diperkirakan dibangun mendekati masa Mataram Islam.
Hal ini hampir sama dengan pembangunan Masjid Agung Al-Munawar yang diperkirakan dibangun pada era Bupati ke-5, R.M.T Djajaningrat. Masjid ini dibangun sekitar 20 tahun setelah pembangunan pendopo.
“tata letak masjid yang berada di sebelah barat alun-alun sesuai dengan tata ruang alun-alun pada masa Mataram Islam,” kata Agus.
Penulis: Aris Syaiful Anwar
Editor: HTW
Tonton video: